Jumat, 31 Agustus 2012

MAKALAH GOA JATIJAJAR


http://www.navigasi.net/nnimg/oth/nnstr.gif

http://www.navigasi.net/nnprg/php/nnvim.php?w=300&h=240&f=gujatijr&i=3





[navigasi.net] Gua - Jatijajar
Patung dinosaurus raksasa yang pada mulutnya mengeluarkan air yang cukup deras. Air yang keluar berasal dari aliran sungai bawah tanah yanga da di gua jatijajar

http://www.navigasi.net/nnimg/oth/nnsbl.gif

http://www.navigasi.net/nnimg/oth/nnsbr.gif
GOA JATIJAJAR


Gua Jatijajar merupakan salah satu objek primadona di Kabupaten Kebumen. Gua ini membentang sepanjang +/- 250 meter dengan lebar rata-rata 25 meter dengan ketinggian 15 meter, sehingga memudahkan bagi pengunjung untuk memasukinya. Didalam gua ini masih terdapat sungai bawah yang masih aktif dan juga terdapat emapt buah sendang yakni: kantil, mawar, jombor dan puser bumi. Sendang Kantil dan Mawar dipercayai dapat menjadikan awet muda bagi siapa saja yang mau membasuh mukanya dengan air yang ada pada kedua sendang tersebut.
Untuk menikmati isi dari Gua Jatijajar ini, tidaklah membutuhkan keahlian tinggi dan mesti dilengkapi dengan peralatan caving yang lengkap. Didalam gua ini telah dipasang berbagai lampu warna-warni yang akan menambah kesan tersendiri saat menikmatinya. Tidak hanya instalasi penerangan, didalam gua ini juga telah diisi dengan berbagai patung seukuran manusia yang menceritakan kisah Raden Kamandaka atau yang lebih dikenal dengan kisah Lutung Kasarung. Patung-patung ini berwarna putih bersih dan diletakkan berkelompok-kelompok pada berbagai sudut gua mewakili suatu fragmen cerita. Sayangnya tidak adanya brosur yang lengkap pada objek ini mengakibatkan pengunjung yang tidak mengetahui cerita Lutung Kasarung, kurang bisa menikmati atau mengerti tentang fragmen apa yang sedang diceritakan oleh patung-patung tersebut. Ada baiknya saat menikmati isi gua ini, pengunjung didampingi dengan pemandu wisata sehingga bisa tahu dan menikmati isi gua secara lebih lengkap.




http://www.navigasi.net/nnprg/php/nnvim.php?w=300&h=240&f=gujatijr&i=6
http://www.navigasi.net/nnimg/oth/nnstr.gif







[navigasi.net] Gua - Jatijajar
Bola lampu banyak bertebaran di dalam gua ini. Menerangi isi gua dan memudahkan pengunjung menikmati indahnya suasana dalam gua

http://www.navigasi.net/nnimg/oth/nnsbl.gif

http://www.navigasi.net/nnimg/oth/nnsbr.gif
http://www.navigasi.net/nnimg/oth/nnstl.gif

http://www.navigasi.net/nnimg/oth/nnstr.gif

http://www.navigasi.net/nnprg/php/nnvim.php?w=300&h=240&f=gujatijr&i=4





[navigasi.net] Gua - Jatijajar
Gapura msuk yang ada didalam gua jatijajar. Pada sisi kanan dari gapura ini terdapat sebuah lorong gua yang cukup panjang, namun pengunjung dilarang memamsukinya dengan alsan keamanan

http://www.navigasi.net/nnimg/oth/nnsbl.gif

http://www.navigasi.net/nnimg/oth/nnsbr.gif
Didalam gua juga telah dibuatkan jalur jalan yang terbuat dari semen. Pada bagian jalan yang menurun maupun mendaki juga telah dibuatkan anak tangga lengkap dengan pegangannya yang terbuat dari besi. Disisi kiri dan kanan jalan pada jarak tertentu juga telah dipasang lampu penenrangan, yang kesemuanya  ini tentunya akan semakin memudahkan pengunjung untuk menjelajah seluruh isi gua. Gua ini juga masih memiliki banyak lubang keluar pada bagian atasnya, sinar matahari yang menerobos masuk kedalam gua memberikan kesan indah tersendiri saat dinikmati.
Bebatuan stalagtit dan stalagmit yang ada pada gua ini cukup menarik, diantaranya bahkan masih aktif untuk terus tumbuh. Hal ini ditandai dengan masih adanya air yang mengalir dan menetes pada ujung-ujungnya. Namun secara pribadi saya merasa keberadaan patung-patung yang ada pada gua ini, sedikit tidaknya memalingkan pengunjung untuk menikmati corak atau ornamen dari bebatuan yang ada. Permainan cahaya dari penerangan yang ada semestinya diatur sedemikian rupa sehingga bisa menambah kesan indah akan ornamen batu yang ada.



http://www.navigasi.net/nnimg/oth/nnstl.gif

http://www.navigasi.net/nnimg/oth/nnstr.gif

http://www.navigasi.net/nnprg/php/nnvim.php?w=300&h=240&f=gujatijr&i=8





[navigasi.net] Gua - Jatijajar
air yang berlimpah dan mengalir cukup deras dari dalam gua, dan akhirnya masuk kembali kedalam lorong-lorong bawah tanah yang ada.

http://www.navigasi.net/nnimg/oth/nnsbl.gif

http://www.navigasi.net/nnimg/oth/nnsbr.gif
Pada sisi lain di bagian luar dari Gua Jatijajar, pengunjung akan menjumpai sebuah patung dinosaurus berwarna hijau berukuran besar dengan mulutnya yang menganga lebar. Dari dalam mulut tersebut mengalir air dengan derasnya, dimana air tersebut berasal dari sungai bawah tanah yang ada didalam/bawah gua jatijajar. Air tersebut mengalir keluar dari mulut patung dinosaurus menuju aliran sungai besar dimana pengunjung terutama anak kecil banyak memanfaatkannya sebagai sarana permainan air. Dimusim penghujan, air sungai tersebut mengalir sangat deras sekali bahkan bisa meluap dan menggenangi dasar Gua Jatijajar.
Sebenarnya di kawasan objek wisata ini juga terdapat gua lain yakni Gua Dempok, Titikan dan Intan. Sayangnya fasilitas yang ada didalam gua tidaklah selengkap seperti apa yang ada di Gua Jatijajar, sehingga sedikit sekali orang yang berminat untuk menelusurinya. Prasarana dan sarana yang ada di sekitar objek wisata juga telah cukup banyak, termasuk diantaranya sarana angkutan umum berupa bis berukuran sedang yang siap mengantar penumpang semenjak dari tepi jalan utama pantai selatan (pansel) Kebumen - Yogyakarta, hingga menuju lokasi objek wisata gua alam, Jatijajar



 
A.            Sejarah dan Asal Usul

Kompleks Gua wisata baik gua alam maupun buatan yang terletak sekitar 42 km barat daya Kebumen ini mencakup kawasan seluas 5,5 hektare. Objek wisata ini telah dilengkapi dengan prasarana wisata seperti tempat parkir, peturasan, tempat bermain, kios makanan, buah-buahan dan toko cindera mata.
Kompleks Gua Jatijajar mencakup Gua Jatijajar, Gua Dempok, dan Gua Intan. Kawasan ini berada sekitar 250 m di atas permukaan laut. Sistem pergunaan berkembang pada kehadiran fosil-fosil seperti Lepidocylina sumatrensis Brady, L. elegans Tan dan Cycloclypeus annulatus Martin selain menunjukkan umur batuan juga sekaligus menciri lingkungan asalnya, yaitu laut dangkal yang mempunyai kedalaman maksimum 60 m.
Kira-kira 14-11 juta tahun lalu daerah ini masih merupakan paparan laut dangkal, yang kemudian terangkat hingga ketinggiannya sekarang akibat sifat bumi yang dinamis. Tidak adanya sedimen lain yang menutupi lapisan batu gamping di daerah Gombong selatan menunjukkan jika sejak 10 juta tahun lalu daerah ini sudah berada di atas permukaan laut. Dihitung dari kurun waktu kurang dari 10 juta tahun telah terjadi pengangkatan setinggi lebih dari 300 m. Pengangkatan itu menyebabkan batuan terkekarkan dan tersesarkan. Curah hujan yang tinggi mempercepat terjadinya proses karstifikasi, membentuk kars sebagaimana terlihat sekarang.
Pintu Masuk Gua Jatijajar Tampak dari dalam

Gejala endokars ini mempunyai mulut gua yang berbangun melengkung tinggi dan lebar. Pada dinding pintu masuk sebelah kanan tersingkap sisa endapan sedimen gua yang kaya fosil moluska. Beberapa spesies grastropoda dan pelecypoda terawetkan baik pada lapisan lempung pasiran berwarna coklat tua. Sedimen berfosil ini dapat dikorelasikan dengan sedimen sejenis yang tersingkap di pintu masuk Gua Intan. Sediman di dalam Gua juga tersingkap pada sebuah sisa kanopi tua, beberapa meter dari pintu masuk. Cangkang-cangkang pipih pelecypoda pada sedimen gua ini tersusun secara alami ke arah utara sejajar dengan arah lorong utama masuk gua, yaitu utara-selatan. Bagian atap dan dinding pintu masuk gua dipenuhi oleh tulisan nama-nama pengunjung. Gravity yang paling tua tertanggal tahun 1805.



B.            Patung Dinosaurus dan kolam

Pembentukan kanopy di dekat pintu masuk Gua Jatijajar menunjukkan adanya sungai bawahtanah yang pernah aktif beberapa ratus ribu tahun yang lalu. Proses pengangkatan menyebabkan sungai menjadi kering, karena air mencari permukaan air tanah setempat yang letaknya lebih rendah. Sungai bawah tanah yang masih aktif di dalam Gua Jatijajar tersingkap melalui beberapa sendang, yang letaknya berkisar antara 1-3 m di bawah lorong fosil utama.

Sendang Kantil dan Sendang Mawar adalah kolam-kolam sungai bawah tanah yang dibuka untuk umum. Dua sendang lainnya yaitu Jombor dan Puserbumi tidak dapat dimasuki wisatawan umum, kecuali mendapat ijin dari pengelola kawasan wisata. Sebagai mata air, Sendang Puserbumi merupakan sebuah sumuran tegak bergaris tengah sekitar 50 cm. Sementara Sendang Jombor yang dihuni seekor pelus sepanjang lebih dari 1 m mempunyai sifon di dasarnya. Sifon ini dapat ditelusuri dengan metode penyelaman (cave diving). Beragam bentukan pengendapan ulang larutan CaCO3 jenuh yang indah dan mempesona dijumpai di dalam lorong gua dibalik sifon. Lorong gua sepanjang ratusan meter dihiasi dengan deretan gurdam dan air terjun. Lorong gua di bawah gua Jatijajar ini disiapkan menjadi objek wisata minat khusus. Untuk memasuki sendang di dalam Gua Jatijajar dikeramatkan dan dijadikan sebagai tempat berziarah.

C       . Sendang Mawar

Lubang-lubang di dasar gua di dekat pintu masuk merupakan bekas-bekas penambangan fosfat guano. Ornamen gua (stalaktit, stalakmit, pilar, flowstone) umumnya sudah tidak aktif, meskipun di beberapa tempat terdapat tetesan dan leleran air melalui ujung-ujung stalaktit. Sebuah lubang di atap gua setinggi 24 m dari dasar gua, tidak jauh dari pilar besar berbangun membundar yang masih aktif, mengungkap sejarah penemuan gua pada tahun 1802 oleh Djayamenawi, Petani tersebut terperosok ke dalam gua melalui lubang yang ada dipermukaan, dan setelah tanah yang menutupi lorong dibersihkan ia menemukan lubang masuk, yaitu mulut gua sekarang.



Lorong Gua Jatijajar sepanjang 250 m, dengan lebar dan tinggi rata-rata 15-25 m, dapat dimasuki oleh wisatawan dengan mudah. Mulai tahun 1975, disepanjang lorong gua ditempatkan 32 buah patung yang menceritakan Legenda Raden Kamandaka. Di luar Gua menggambarkan kepurbaan Gua Jatijajar.
Kamandaka yang aslinya bernama Raden Banyak Contro adalah putera mahkota Kerajaan Pajajaran. Pusat pemerintahan Pasirluhur atau Galuh Timur pada abad 14 kira-kira berada di sekitar Baturaden (purwokerto), di lereng Gunung Slamet. Prabu Siliwangi raja Pajajaran pada waktu itu memiliki 2 permaisuri. Dari permaisuri pertama, Prabu Siliwangi berputra 2 orang yaitu Banyak Contro dan Banyak Ngampar. Karena permaisuri pertama meninggal, Prabu Siliwangi mengangkat permaisuri kedua, Dewi Kumudaningsih. Sebelumnya Dewi Kumudaningsih memberi syarat mau menjadi permaisuri jika anak laki-lakinya kelak dapat menjadi raja, menggantikan Prabu Siliwangi. Dari permaisuri kedua ini terturunkan Banyak Blabur dan Dewi Pamungkas.

Prabu Siliwangi yang sudah lanjut usia berencana mengangkat putra sulungnya, Banyak Contro, untuk menggantikannya. Permintaan itu ditolak oleh Banyak Contro, dengan alasan ia belum siap dan belum mempunyai pendamping. Ia hanya mau menikah dengan wanita yang mirip dengan mendiang ibunya. Untuk itu ia mengembara menuju gunung Tangkuban Perahu, menemui Ki Ajar Wirangrong. Oleh orang tua tersebut ia disuruh mengembara ke timur, menuju Kadipaten Pasir Luhur. Supaya cita-citanya beristri wanita cantik seperti ibunya terkabul, ia harus menanggalkan pakaiannya sebagai putera raja menjadi orang biasa. Banyak Contro selanjutnya menyamar menjadi orang kebanyakan, dan berganti nama menjadi Kamandaka.








D.         Patung Raden Kamandaka

Setelah sampai di Pasir Luhur ia bertemu dengan Reksono patih Kadipaten Pasir Luhur yang menjadikannya sebagai anak angkat. Adipati Kandandoho, penguasa Kadipaten Pasir Luhur, mempunyai beberapa putri yang semuannya sudah bersuami kecuali putri bungsunya Dewi Ciptoroso. Wajah dan penampilan putri Pasir Luhur ini mirip dengan Ibu Kamandaka. Kamandaka berhasil menarik hati Dewi Ciptoroso. Tetapi pada suaru saat ketika mereka sedang berdua di taman keputren seorang prajurit kadipaten memergokinya. Kamandaka dikeroyok para prajurit, yang mengiranya sebagai pencuri. Karena kesaktiannya ia dapat meloloskan diri. Tetapi sebelumnya ia sempat mengatakan identitasnya, yaitu Kamandaka putra Patih Reksonoto. Adipati Patih Pasir Luhur murka, memanggil Patih Reksonoto supaya menangkap Kamandaka dan menyerahkan kepadanya.

Kamandaka yang melarikan diri dengan cara menceburkan diri ke sungai dilaporkan oleh Patih Reksonoto telah mati, hanyut di bawa arus sungai deras. Setelah jauh dari Pasir Luhur, Kamandaka naik ke darat berjalan menuju sebuah desa. Di Desa Paniagih ia bertemu janda miskin Mbok Kertosoro. Kamandaka selanjutnya diangkat menjadi anaknya. Mbok Kertosoro mempunyai seekor ayam jantan bernama Mercu, yang dirawat dengan baik oleh Kamandaka. Ke mana-mana ia pergi dengan ayam-ayam lainnya. Mercu selalu menang, sehingga akhirnya Kamandaka dikenal sebagai penyabung ayam yang hebat. Berita tersebut sampai di Kadipaten Pasir Luhur. Adipati Kandandoho sangat murka mendengar Kamandaka masih hidup. Ia memerintahkan prajuritnya untuk menangkap Kamandaka. Pada saat yang bersamaan, tiba-tiba muncul silihwarni. Silihwarni yang menawarkan dirinya menjadi abdi di Pasir Luhur diterima oleh Adipati Kandandoho, asal dapat membunuh Kamandaka.
Silihwarni sebenarnya adalah Banyak Ngampar, adik kandung Kamandaka. Ia mendapat tugas dari ayahnya Prabu Siliwangi mencari kakaknya. Untuk menjaga keselamatannya di perjalanan, Banyak Ngampar dibekali senjata kerajaan, kujang Pamungkas. Karena tidak tahu kalau Kamandaka adalah kakaknya yang dicari-cari Silihwarni berangkat bersama dengan sepasukan prajurit Pasir Luhur.



Akhirnya Silihwarni sampai di Desa Paniagih, bertemu dengan Kamandaka dan menantangnya bersabung ayam. Saat ayam jantan masing-masing bersabung, Silihwarni menikam Kamandaka yang sedang lengah dengan pusaka Kujang Pamungkas. Kamandaka terluka parah, tetapi ia dapat meloloskan diri. Tempat di mana Kamandaka dapat meloloskan diri dari kepungan prajurit Pasir Luhur dan Silihwarni sekarang dinamakan Desa Brobosan (mbrobos = meloloskan diri). Saat Kamandaka beristirahat di suatu tempat, darahnya mengucur deras dari luka di lambungnya. Tempat iru kemudian diberi nama Desa Bancaran (Bancar = deras). Silihwarni bersama prajurit Pasir Luhur terus mengejarnya, dibantu anjing-anjing pelacak. Seekor anjing dapat di bunuh oleh Kamandaka di suatu tempat, yang selanjutnya desa itu dinamakan Karang Anjing. Kamandaka terus lari ke arah timur, dan sampai di ujung jalan yang buntuk (selanjutnya tempat itu dinamakan Desa Buntu).
Setelah berlari cukup jauh akhirnya Kamandaka sampai di sebuah gua. Ia bersembunyi di dalamnya. Silihwarni yang kehilangan jejak, Ia berteriak-teriak menantang Kamandaka supaya ke luar dari tempat persembunyiannya. Kamandaka menjawab, bahwa sebenarnya ia adalah putra mahkota Pajajaran Banyak Contro. Mendengar jawaban itu Silihwarni terkejut dan iapun berkata kalau sebenarnya = (sejatine) Ia juga putra Prabu Siliwangi, Banyak Ngampar. Keduanya baru sadar kalau mereka adalah bersaudara.
Selanjutnya Kamandaka bertapa di gua tersebut dan mendapat petunjuk bahwa niatnya mempersunting Dewi Ciptoroso akan tercapai jika ia berpakaian lutung (kera) Dalam petunjuk itu ia diharuskan tinggal di Hutan Baturagung, baratdaya Baturaden. Di hutan itu Kamandaka yang sudah berubah menjadi kera bertemu dengan Dewi Ciptoroso, yang ketika itu mengikuti ayahnya Adipati Kandandoho berburu. Kera yang jinak jelmaan Kamandaka segera menarik perhatian Dewi Ciptoroso, yang menurut saja saat ditangkap dan dibawa ke Pasir Luhur. Sesampainya di Pasir Luhur kera tersebut tidak mau makan apa-apa, sehingga meninmbulkan kekhawatiran Adipati Kandandoho. Ia membuat sayembara, siapa yang dapat memberi makan kera tersebut maka ia berhak memeliharanya. Banyak orang mencobanya tetapi selalu gagal, kecuali Dewi Ciptoroso. Sesuai dengan sayembara maka kera itupun dipelihara oleh putri bungsu Pasir Luhur dan diberi nama Lutung Kasarung. Pada malam hari kera tersebut berubah ujud aslinya, yaitu Kamandaka. Sedang siang hari menjelma lagi menjadi kera. hal itu hanya diketahui oleh Dewi Ciptoroso.


Dikisahkan selanjutnya, Prabu Pule Bahas dari Nusa Kambangan ingin memperistri Dewi Ciptoroso, dan mengutus kerajaan untuk meminangnya. Jika keinginan tidak dikabulkan ia akan menghancurkan Kadipaten Pasir Luhur. Atas saran Lutung Kasarung, Dewi Ciptoroso menemui ayahnya dan mengatakan kalau ia bersedia menjadi istri Prabu Pule Bahas asal persyaratan yang akan diajukannya dipenuhi. Salah satu syarat itu adalah Dewi Ciptoroso diperbolehkan membawa Lutung Kasarung pada saat pengantin dipertemukan. Prabu Pule Bahas langsung menyetujui.

Ketika upacara pengantin berlansung Lutung Kasarung selalu mengganggu, sehingga menimbulkan kejengkelan Prabu Pule Bahas. Prabu Pule Bahas memukulnya dan keduanya berkelahi. Raja Nusakambangan akhirnya tewas, digigit Lutung Kasarung. Kematian raja tersebut mengubah ujud asli Lutung Kasarung, yaitu Kamandaka. Setelah menceritakan asal-usulnya, Kamandaka akhirnya dikawinkan dengan Dewi Ciptoroso. Berita itu akhirnya sampai di Kerajaan Pajajaran. Niat Prabu Siliwangi untuk menjadikan Kamandaka sebagai raja tidak kesampaian. Karena pantang bagi seseorang yang sudah terkena pusaka kerajaan Kujang Pamungkas menjadi raja Pajajaran. Akhirnya Kamandaka atau Banyak Cokro menjadi adipati di Pasir Luhur, menggantikan ayah Dewi Ciptoroso. Sedang Banyak Blabur menggantikan Prabu siliwangi menjadi raja di Pajajaran.

E.         Kepercayaan Masyarakat

Mata air atau sendang yang terdapat di dalam Gua Jatijajar dipercaya mempunyai khasiat tertentu, sehingga dikeramatkan. Air Sendang Puserbumi dan Jombor konon dapat digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tertentu. Sedang air Sendang Mawar dan Kantil jika untuk mencuci muka selain menjadi awet muda juga akan tercapai apa yang dicita-citakannya.

Kepercayaan yang dituturkan secara turun-temurun ini mengakar kuat di hati sanubari masyarakat Kebumen dan sekitarnya, sehigga pada hari-hari tertentu menurut penanggalan Jawa tempat tersebut ramai dikunjungi peziarah, terutama pada malam hari.



F.        Gua Dempok
Segmen lorong gua sepanjang 50 m mulai dari pintu masuk merupakan bentukan alami hasil kegiatan sungai bawah tanah di masa lalu. Setempat, atap dan dinding gua dihiasi oleh stalaktit dan flowstone. Lubang di atap gua yang tembus ke permukaan (avent) berfungsi sebagai ventilasi alam, sehingga udara di dalam gua tetap segar. Lorong ini selanjutnya berhubungan dengan gua buatan, bekas penambangan kapur.

Panjang Gua Dempok tidak lebih dari 100 m, dan menjadi unik karena merupakan gabungan antara gua alam dan gua buatan. Nama Dempok diambil dari nama pemilik lahan penambangan kapur. sisa-sisa kejayaan industri kapur tohor di masa lalu diabadikan dalam bentuk tobong pembakaran batu gamping, tidak jauh dari pintu masuk Gua Dempok.

G.        Gua Intan

Gejala endokars ini merupakan gua alam fosil yang penuh dengan ornamen yang masih aktif. Lorong-lorong di dalam Gua Intan yang berarah utara-selatan dan barat-timur genesanya berkaitan dengan pelarutan di sepanjang struktur retakan yang ada.

Sebuah stalaktit di dinding pintu masuk sebelah kanan dilingkupi oleh sedimen pasir lempungan berwarna merah kecoklatan. Sedimen tersebut mengandung fosil moluska, sehingga kehadirannya akan menguak sejarah pembentukan gua. Moluska adalah binatang darat yang hidup di sekitar gua. Ketika air hujan masuk ke dalam gua, binatang itu terangkut ke dalam gua bersama-sama dengan sedimen pasir dan lempung. Saat terjadi banjir seluruh lorong gua terendam air, dan sebuah stalaktit yang terletak 3 m dari dasar gua ditutupi oleh sedimen tersebut. Kumpulan fosil ini berumur Plistosen-Resen, sehingga Gua Intan setidaknya sudah ada sejak 1 juta tahun yang lalu.

Sebuah kubah besar berukuran 30 X 40 m dan tinggi maksimum 20 m dapat dicapai dengan melewati lubang sempit selebar 1 m. atap kubah dihiasi oleh stalaktit-stalaktit berukuran maksimum 1 m. Sebuah avent di atap kubah berfungsi sebagai ventilasi alam.

 Sekelompok stalaktit yang menyatu dengan stalakmit membantu pilar atau kolom setinggi beberapa meter yang indah. Ornamen gua di bagian ini umumnya masih aktif.
Di sebelah kanan ruangan pertama terdapat ruangan kedua yang disusun oleh batu gamping berlapis, dengan sebuah jembatan alam yang menghubungkan dinding kanan dan kiri ruangan. Jembatan ini merupakan sisa lapisan batu gamping yang sukar larut. Sedang lapisan batu gamping lunak di dasar jembatan sebagian besar telah habis, dikikis oleh aliran sungai bawah tanah yang pernah aktif di masa lalu. Ruangan kedua yang berukuran 20 X 40 m dan tinggi 15 m ini berakhir pada sebuah lubang sempit yang ditutupi oleh sedimen gua. lekuk-lekuk kecil di atap gua dipenuhi oleh kelelawar. Tidak adanya ventilasi di ruangan kedua ini menyebabkan udara di dalam gua sedikit panas dan pengap. Fermentasi kotoran kelelawar memungkinkan terbentuknya CO2 dan bau yang menyengat.


MAKALAH MONAS


2.2 "Monumen Nasional"

            Pada tanggal 17 Agustus 1961 dimulai pembangunan Monumen Nasional. Monumen ini tidak hanya sekedar tugu yang menampilkan keindahan fisik, namun menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang untuk mengenang perjuangan merebut kemerdekaan serta sumber semanggat untuk tetap mempertahankan kemerdekaan. Dan sebagai ungkapan rasa terima kasih bangsa kepada perjuangan dan pengorbanan patriot bangsa yang telah tiada,
Namun, monument nasional (Monas) kurang menarik bagi generasi muda sekarang padahal Monas merupakan symbol yang merefleksikan tentang sejarah perjuangan bangsa yang harus terus dikenang. Monas merupakan identitas bangsa Indonesia dan masyarakat seharusnya lebih mengenal monas. Atas dasar permasalahan itulah, penulis akan menjabarkan tentang sejarah monas dan solusi agar monas lebih dikenal oleh masyarakat sebagai objek wisata sejarah.
















A.   Sejarah Pembanguan Monumen Nasional

          Sejarah Setelah pusat pemerintahan republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan republik Indonesia oleh pemerintah belanda pada tahun 1949. Presiden soekarno mulai memikirkan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan menara Eiffel di lapangan tepat di depan istana merdeka. pembangunan tugu monas bertujuan untuk mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945. Agar terus membangkitkan inspirasi bangsa Indonesia patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
Pada tanggakl 17 agustus 1945 sebuah komite nasional di bentuk dan sayembara perancangan monumen nasional di gelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk. akan tetapi hanya satu yang di buat oleh frederich silaban yang memenuhi kriteria yang di tentukan komite antara lain: menggambarkan karakter bangsa indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara ke dua di gelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. akan tetapi soekarno kurang menyukai rancangann itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni.
silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang di lakukan silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mapu di tanggung oleh anggaran Negara. Terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk silaban menolak merancang bagunan yang lebih kecil dan menyarankan pembangunan di tunda hingga ekonomi Indonesia membaik.
Soekarno kemudian meminta arsitek R.M. soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. soedarsono memasukkan angka 17,8 dan 45 melambangkan 17 agustus 1945. Memulai proklamasi kemerdekaan indonesia ke dalam rancangan monumen itu, tugu Ini kemudian di bangun di areal seluas 80 Ha, tugu ini di arsiteki oleh frederich silaban dan R.M soedarsono, mulai di bangun 17 agustus 1961.






Pembangunan terdiri atas tiga tahap yaitu:
1.    Tahap pertama
        kurun 1661/1962 -1964/1965 di mulai dengan di mulainya secara resmi
 pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 soekarno secara seremonial menancapkan pasak beton
pertama, total 284 pasak beton di gunakan pada fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi di tanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Pemasangan fondasi rampung pada bulan maret 1962 dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan oktober. Pembangunan obelisk kemudian di mulai dan di akhirinya rampung pada bulan agustus 1963.
2.     Tahap kedua:
        Berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 akibat terjadinya gerakan 30 september 1969.(G-30-S-PKI) dan upaya kudeta, tahap ini sempat di tunda.
3.    Tahap akhir
          Berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan menambah diorama pada museum sejarah .
Meskipun pembangunan telah rampung masalah masih terjadi, antara lain: kebocoran air yang menggenangi museum, monument secara resmi di buka untuk umum dan di resmikan pada tanggal 12 juli 1975 oleh presiden republic Indonesia soeharto. Lokasi pembangunan monument ini di kenal dengan nama medan merdeka.
Lapangan monas mengalami lima kali pergantian nama yaitu:
·           Lapangan gambir.
·           Lapangan ikada.
·           Lapangan merdeka.
·           Lapangan monas.
·           Taman monas.







Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolah raga.
Pada hari-hari libur medan terbuka di penuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan tugu monas dan melakukan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.
Rancang bangun tugu monas berdasarkan pda konsep pasangan universal yamg abadi lingga dan yoni tugu obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki elemen maskulin bersifat aktif  dan pasif, serta melambangkan perempuan. Elemen feminism yang positif dan negatif serta melambangkan malam hari, lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi masa prasejarah Indonesia.
Selain itu bentuk tugu monas juga dapat di tafsirkan sebagai sepasang “Alun” dan “lesung” alat penumbuk padi yang di pakai dalam setiap rumah tangga petani tradisional. Dengan demikian rancang bangun monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia.
Monumen terdiri atas 117.7 meter obeliks di atas landasan persegi tinggi the 17 meter, pelataran cawan
monumen ini di lapisi dengan marmer italy. kolam di taman medan merdeka utara berukuran 25x25 meter di rancang sebagai bagian dari system pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan taman monas.
Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung pangeran diponegoro yang sedang menunggan kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu di buat oleh pemahat italia, prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh konsulat jendral honores.
Dr. Mario bross di india, pintu masuk monas,terdapat di taman medan merdeka utara dekat patung pangeran diponegoro. pintu masuk melalui trowongan yang berada 3 meter di bawah taman dan jalan silang monas, inilah ketika pengunjung menuju tugu monas. Loket tiket berada di ujung trowongan.





            Guna mengenang dan menandai kebesaran perjuangan Kemerdekaan bangsa Indonesia yang dikenal dengan Revolusi 17 Agustus 1945 serta untuk membangkitkan semanggat patriotisme generasi muda sekarang dan yang akan datang, maka dibangunlah suatu tanda peringatan yang bentuk tugu yang Kemudian diberi nama Monumen Nasional.
            Tugu atau Monumen Nasional memiliki cirri tersendiri. Arsitektur dan dimensinya melambangkan  kias kekhususan Indonesia. Bemtuk yang paling menonjol adalah menjulang tinggi dan palataran cawan yang laus mendatar. Di puncak Tugu api menyala tiada kunjung padam, melambangkan tekad dan semangat bangsa Indonesia yang tak pernah surut berjuang sapanjang mas. Angka-angka keramat bangsa Indonesia. 17-8-45 diabadikanpada Monumen ini.
            Bentuk dan tata letak Monumen Nasional ini sangat menarik. Dengan berdiri di plaza bagian utama Taman Monumen Nasional, orang dapat menikmati pemandangan indah sejuk yang mempesona, berupa taman dan kolam air mancur.  Disini orang dapat memasuki terowongan sepanjang 95 meter, tiga meter di bawah jalan silang Monas yang berpagar “Bambu Runcing”, mengingatkan pada model senjata bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
            Lokasi pembangunan Tugu Nasional disepakati didirikan di Lapangan Merdeka. Mengingat Lapangan Merdeka terletak di jantung Ibukota Jakarta, seluas cukup ideal dan dikelilingi oleh gedung-gedung Pemerintah. Selain itu lapangan Merdeka mempunyai nilai sejarah, dimana Bangsa Indonesia mengalami cobaab (testcase) pada tanggal 19 september 1945 pada waktu mengadakan rapat raksasa di lapangan IKADA (Sekarang Lapangan Merdeka) untuk menyatakan kebulatan tejad menggalang persatuan mempertahankan kemerdekaan Indonesia terhadap penjajah di bawah tekanan penjagaan Jepang yang oada waktu itu dengan sangkur terhunus.
            Demikian pula halnya Jakarta dipilih sebagai tempat yang paling layak untuk didirikan Tugu Nasional, karena Jakarta bukan saja sebagai Ibukota Pusat Pemerintahan Republik Indonesia, tetapi sebagai kota Proklamasi. Di Jakrtalah Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdakaan Indonesia.







Di kota ini pula pada tanggal 19 september 1945 ratusan ribu rakyat Indonesia tanpa takut dan gentar menghadapi todongan sangkur dan kepungan mobil berlapis baja tentara Jepang menyatakan kebulatan tekad kepada dunia untuk merdeka dan hanya mengakui Pemerintah Republik Indonesia di lapangan Merdeka.
            Gagasan awal pembangunan Monumen Nasional muncul setelah sembilan tahun Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan. Atas dasar keinsyafan beberapa orang, selang beberapa hari setelah perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, dibentuklah “ panitia Tugu Nasional” yang bertugas mengusahakan berdirinya Tugu Monas tersebut. Panitia ini dipimpin oleh Sarwoko Martokusumo, S. Suhud selaku Penulis, Sunali Prawirosudirjo selaku Bendahara dan dibantu oleh 4 orang anggota masing-masing Supeno, K.S wijoto, E.F. Wenas dan Sudiro.
            Tugas panitia adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan penbagunan Monumen Nasional yang akan didirikan di tengah-tengah Lapangan Medan Merdeka Jakarta. Termasuk mengumplkan biaya pembangunan yang harus dikumpulkan dari masyarakat sendiri.
Adapun maksud dan tujuan pembangunan Monumen Nasional adalah:
  1.  Memperingati dan mengabadikan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang mewujudkan Revolusi Nasional;
  2. Mencerminkan jiwa dan perjuangan dalam menegakan semangat dan mempertinggi keagungan Revolusi Kemerdekaan Bangsa Indonesia (Ditampilkan dalam bentuk Tuguyang menjulang ke angkasa dengan puncak api yang tak kunjung padam);
  3. Memberikan inspirasi dalam mendidik generasi sekarang dan akan datang mengenai arti kebesaran perjuangan, kepribadian, kebudayaan dan martabat Bangsa Indonesia;
  4. Memperkenalkan Tugu Nasional kepada dunia Internasional, secara keseluruhan sebagai salah unsur objek wiasata.









B.   Pelaksanaan Penbangunan Tugu Monumen Nasional

1.    Bagian-Bagian Monumen Nasional
  • Pintu Gerbang Utama.
Dengan berjalan di atas plaza di Taman Medan Merdeka Utara,  para pengunjung akan menikmati pemandangan taman dan air mancur yang ada disana. Kemudian setelah melewati patung pangeran Diponegoro, turun masuk kedalam terowongan yang melintas di jalan silang Monas dan keluar tepat di halaman Tugu Monumen Nasional yang sekelilingnya berpagar besi berbentuk “Bambu Runcing”

  • Ruang Museum Sejarah
Ruangan ini terletak 3 meter di bawah halaman Tugu Monumen Nasional, sedangkan atap Museum terletak 5 meter di atas halaman Tugu. Luas ruangan ini 80 x 80 m dan tinggi langit-langit 8 m. seluruh dinding, tiang-tiang dan lantai berlapis marmer. Pada keempat sisi dinding masing-masing terdapat 12 buah jendela kaca (diorama). Dari masing-masing jendela kaca itu dipertunjukan adegan-adegan peristiwa Sejarah Bangsa Indonesia diawali dengan gambaran kehidupan masyarakat Indonesia purba sampai Orde Baru.
Konsepsi sejarah yang menelusuri adegan itu bahwa Perjuangan  Nasional Indonesia sejak masa awal hingga sekarang adalah kemerdekaan, persatuan, kesejahteraan dan keadilan social. Adegan-adegan yang ada disini menggambarkan tujuan itu.














  • Ruang Kemerdekaaan
Ruang Kemerdekaan berada di dalam Cawan Tugu Monumen Nasional. Ruang kemerdekaan ini berbentuk amphitheater tertutup dimana para pengunjung sambil duduk dengan tenang dan jhidmat dapat merenungkan dan meresapkan hiknah Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Pada keempat dinding yang berada di tengah ruangan ini terpasang empat buah atribut Kemerdekaan Bangsa Indonesia, yaitu:

a. Pada dinding sebelah Timur : Teks Proklamasi Republik Indonesia.

b. Pada dinding sebelah Utara :  peta wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terbuat dari perunggu dan dilapis emas murni.

c. Pada dindind sebelah Barat : terdapat lemari berbentuk pintu gapura yang terbuat dari perunggu ukir dan dilapisi emas murni. Didalamnya terdapat peti kaca untuk menyimpan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

d. Pada dinding sebelah Selatan : lambing Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk “ Bhineka Tunggal Ika “ yang mengandung ideologi Negara Pancasila.

  • Pelataran Cawan.
Peralatan cawan berbentuk segi empat yang melingkari badan Tugu Monumen Nasional. Pelataran cawan ini berukuran 45 m x 45 m dan berada di ketinggian 17 m. Dari pelataran cawan ini pengunjung dapat melihat keindahan Taman Merdeka.













  • Pelataran Puncak Tugu Monumen Nasional.
Pelataran puncak Tugu Monumen Nasional terletak pada ketinggian 115 m yang berukuran 11m x 11 m. dari pelataran ini pengunjung dapat menikmati panorama Ibukota Jakarta.
Dengan menggunakan elevator berkapasitas 11 orang . pelataran puncak ini dapat dicapai dalam waktu beberapa detik saja.
Dalam keadaan darurat dapat dipergunakan anak tangga dari besi  yang melingkari diseliling lift.

  • Lidah Api Kemerdekaan 
Lidah Api kemerdekaan terletak di atas atap pelataran puncak Tugu terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton berbentuk kerucut dengan tinggi 14 m yang dilapisi dengan 50 kg emas murni. Mesin lift ditempatkan didalam rongga lidah api.
Ketinggian Tugu dari halaman Tugu sampai titik puncak lidah api 132 m, sedangakan tinggi dari peralatan puncak sampai titik puncak lidah api adalah      17m.
Untuk menjaga keamanan Tugu dari petir , pada titik puncak lidah api dipasang tiang penangkal petir.
Wujud Tugu yang menjulang ke angkasa dengan Puncak Api yang Tak Kunjung Padam mencerminkan jiwa perjuangan dalam menegakan semangat dan mempertinggi keagungan revolusi kemerdekaan bangsa Indonesia.









  • Kolam Pendingin
Kolam pendingin berukuran 45 m x 45 m merupakan bagian dari system pendinginan udara didalam bangunan Tugu.
Air mancur yang terdapat dalam kolam itu mempunyai dua fungsi,  pertama untuk mendinginkan air yang telah dipakai untuk AC dan kedua sebagai fungsi penghias Taman Medan Merdeka 
  • Ruang Mesin
Guna memenuhi listrik untuk penerangan dan pendingin udara (AC) dibuat gardu  induk dalam bangunan tersendiri dibawah tanah (bunker) disisi utara Taman Medan Merdeka.
  • Patung Diponegoro
Keberadaan patung diponegoro dibagian Utara Taman Medan Merdeka menambah keagungan dan keanggunan terdendiri terhadap bagunan Tugu Monumen Nasional. Patung yang dibuat pemahat Italia Prof. Cobertaldo ini adalah sumbangan Konsul Jendral Kehormatan Indonesia, Dr. Mario Pitto sebagai penghargaan dan tanda terima kasih  serta kekagumannya terhadap bangsa Indonesia.

2.    Makna Simbol-Simbol Monumen Nasional
  • Monumen Soekarno Hatta
Monument Soekarno-Hatta terdiri dari 4 (empat) bagian, yakni :
  1. Patung Bung Karno:
  2. Patung Bung Hatta:
  3. Naskah Proklamasi
  4. Eleman latar belakang






  • Patung Bung Karno Dan Bung Hatta  
Patung Bung Karno Dan Bung Hatta dibuat dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
  1. Bung Karno dan Bung Hatta adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia
  2. Keagungan dan Kebesaran Proklamasi yang mempunyai makna penting bagi Kemerdekaan Bangsa.
Penciptaan Patung Bung Karno Dan Bung Hatta mencerminkan kedua pertimbangan tersebut diatas. Suasana yang ingin dicapai adalah keagungan Proklamasi,kebesaran cita-cita untuk Merdeka dan penghargaan bangsa terhadap perjuangannya.
Patung Bung Karno Dan Bung Hatta dengan ketinggian masing-masing 4,60 m dan 4,30 m dibuat dari perunggu dengan berat masing-masing 1,2 ton.
  • Naskah Proklamasi  
Naskah Proklamasi di ukir pada perunggu seberat 600 kg dengan pembesaran 200 kali dari aslinya dan berukuran 290 cm x 196 cm. Naskah Proklamasi ini dibuat ntiga dimensi dengan tekukan-tekukan yang mengesankan karakter dari lipatan-lipatan kertas pada naskah asli.





  • Elemen Latar Belakang
Dasar bentuk elemen Latar Belakang adalah Segi Tiga merupakaan bentuk paling sederhana tetapi kokoh karena ketiga sisinya saling bertumpu, mempunyai dasar, sisi tegak dan puncak. Dalam kehidupan tradisional Indonesia berbentuk segi tiga ini sangat popular, seperti bentuk tumpal, pegunungan yang merupakan perwujudan dari gunung, pohon, atau api.
Selain itu, bilangan tiga dinyatakan jiga pada tiang jalan tapak yang menghubungkan Plaza dengan Gedung Perintis Kemerdekaan dan kedua jalan besar. Dalam hubungan ini, bilangan tiga bias melambangan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan penciptaNya.
Bilangan tiga mencerminkan sikap dasar manusia Indonesia seperti tercantum dalam Tri Dharma:
  1. Rumangsa Melu Handarbeni ( Merasa ikut memiliki)
  2. Melu Hangrukebi (ikut menbela)
  3. Mulat Sariro hHngroso Wani ( berani melihat diri sendiri/instropeksi)
Untuk kseluruhan Elemen Latar Belakang merupakan susunan dari sirip-sirip segitiga yang berbentuk satu massa segitiga dan mengembang kipas. Bentuk ini jika dilihat dari samping berdiri condong kedepan menyerupai jajaran bersifat ritmis serta melengkung kedalam.
Kesan yang diungkapkan dari bentuk ini adalah suatu kekuatan yang agung dan dinamis, suatu kesatuan yang kental serta kemampuan untuk melindungi dan menjaga ruang lingkup yang ada disekitarnya. Kesan ini melambangkan kekuatan perjuangan bangsa Indonesia yang manpu melahirkan Pancasila dan Proklamasi Kemerdekaan, serta secara gigih dan dengan semanggat tinggi mampu menbela dan melindungi.
Dalam susunan ini, kelahiran Proklamasi Kemerdekaan digambarkan melalui lima sirip bagian tengah, seakan-akan tangan perjuangan yang merentang kedepan untuk mengantar dan mempersenbahkan Kemerdekaan Bangsa.






Perjuangan juga tidak akan menbuahkan hasil yang baik jika tidak dilaksanakan secara berkesinambungan dan gigih. Maka air terjun pada Monumen dimaksudkan untuk melambangkan kegigihan dan kesinambungan perjuangan.
Elemen Latar Belakang dibuat dari batu Onyx seluas 415 meter persegi, di tambang dari Bojonegoro, Jawa timur yang di kerjakan oleh PT. Marmer Indonesia, Tulung Agung.
Jumlah dan ukuran unsur-unsur bentuk Elemen Latar Belakang tersebut dibuat sedemikian rupa untuk melambangkan hari Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945
  1. Sirip-sirip berjumlah 17 (tujuh belas).
  2. Tinggi sirip tengah 8 (delapan) meter.
  3. Jumlah gelombang pada tebing air terjun 45 buah.
Balok-balok yang merentang dari sirip-sirip tengah berjumlah 5 buah yang melambangkan Pancasila.

Monumen Nasional sebagai museum yang menyimpan begitu banyak peinggalan bersejarah yang berkaitan dengan perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan, seharusnya menjadi tempat yang harus dikunjungi untuk mengenang jasa para pahlawan. Namun kenyataannya karena globalisasi yang berkembang pesat, kehidupan masyarakat menjadi berubah kearah gaya hidup hedonism yang hanya mementingkan kesenangan hidup tanpa memperdulikan sejarah yang merupakan bagian penting dari masa sekarang. Jadi hedonism menyebabkan berkurangnya minat masyarakat terhadap objek wisata bersejarah. Sebagai contoh banyak pemuda-pemudi yang datang mengunjungi ‘Monas’ namun mereka hanya bertamasya dan tidak tertarik untuk mengetahui nilai sejarah yang ada dibalik penbangunan Monumen Nasional.
Banyak event yang diselengarakan dikawasan ‘Monas’ namun hal tersebut tidak ada kaitannya dengan nilai sejarah yang ada di ‘Monas’ jadi monas hanya sebagai kawasan wisata  yang dikomersilkan dan melupakan  tujuan awal dari pembangunan ‘Monas’ sebagai sarana untuk menanamkan rasa nasionalisme.







Banyak sekali referensi sejarah dari banyak tokoh proklamator. Selain itu ada juga miniatur-miniatur 3 dimensi yang menunjukan bagaimana usaha para pahlawan memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga disini kita bisa membayangkan bagaimana kejadian tersebut terjadi.

Dalam mengembangkan ‘Monas’ pemerintah harus ikut berpartisipasi. Event-event yang diselenggarakan di ‘Monas’ harus lebih berkaitan dengan sejarah-sejarah didirikannya ‘Monas’ dan agar tak membosankan seharusnya pemerintah mampu mengemas acara sejarah itu dengan sangat menarik. Mengadakan penyuluhan-penyuluhan ke berbagai sekolah agar sejak dini di tanamkan pola pikir untuk mengenang dan mengetahui lebih banyak tentang sejarah para pahlawan terdahulu.