Jumat, 17 Agustus 2012

karya tulis kromium



BAB IV
KROMIUM (CR)

A.  PENGENALAN KROMIUM
Kromium merupakan unsur yang berwarna perak atau abu-abu baja, berkilau, dan keras. Kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas di alam. Kromium ditemukan dalam bentuk bijih kromium, khususnya dalam senyawa PbCrO4 yang berwarna merah. PbCrO4 dapat digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak.
Semua senyawa kromium dapat dikatakan beracun. Meskipun kromium berbahaya, tetapi kromium banyak digunakan dalam berbagai bidang. Misalnya dalam bidang biologi kromium memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa. Dalam bidang kimia, kromium Digunakan sebagai katalis, seperti K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi dan digunakan dalam analisis kuantitatif. Dalam industri tekstil, kromium digunakan sebagai mordants. Kromium memiliki beberapa istop. Diantara isotop-isotop kromium, ada beberapa isotop kromium yang digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan untuk mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah.
B.  SEJARAH PENEMUAN KROMIUM
Kristal cromium
Pada tahun 1797, analis dari Prancis, yang bernama Louis-Nicholas Vauquelin menemukan “kromium“. Namun sebelumnya, Vauquelin menganalisis zamrud dari Peru dan menemukan bahwa warna hijau adalah karena adanya unsur baru, yaitu kromium.

Bahkan, nama kromium berasal dari kata Yunani “kroma” yang berarti “warna”, dinamakan demikian karena banyaknya senyawa berwarna berbeda yang diperlihatkan oleh kromium Satu atau dua tahun kemudian seorang kimiawan dari Jerman, Tassaert yang bekerja di Paris menemukan kromium dalam bijih Kromit, Fe(CrO2)2, yang merupakan sumber utama kromit hingga sekarang.
Pada pertengahan abad ke-18 seorang analisis dari Siberia menunjukkan bahwa kromium terdapat cukup banyak dalam senyawa PbCrO4, tetapi juga terdapat dalam senyawa lain. Ini akhirnya diidentifikasi sebagai kromium oksida. Kromium oksida ditemukan pada 1797 oleh Louis-Nicholas Vauquelin.
1. Kromium sebagai unsur logam pertama kali ditemukan dua ratus tahun yang lalu, pada 1797. Namun sejarah kromium benar-benar dimulai beberapa dekade sebelum ini.
Pada 1761, Johann Gottlob Lehmann mengunjungi Mines Beresof di lereng Timur dari Pegunungan Ural di mana ia memperoleh sampel dari mineral merah-oranye yang disebutnya ujung merah Siberia. Setelah kembali ke St Petersburg pada 1766, ia menganalisis mineral ini dan menemukan bahwa itu berisi "mineralisasi dengan spar selenitic dan partikel besi". Bahkan, mineral itu crocoite, sebuah kromat timbal (PbCrO4).
Pada tahun 1770, Peter Simon Pallas juga mengunjungi Pertambangan Beresof dan diamatinya "merah” memimpin mineral yang sangat luar biasa yang belum pernah ditemukan dalam tambang lainnya. Ketika dilumatkan, itu memberikan guhr kuning indah yang dapat digunakan dalam lukisan miniatur.
Meskipun jarang dan kesulitan dengan yang diperoleh dari Pertambangan Beresof (pengangkutan ke Eropa Barat sering mengambil dua tahun), penggunaan timbal merah Siberia sebagai pigmen cat cepat dihargai dan itu ditambang baik sebagai kolektor item serta untuk industri cat - kuning cerah yang terbuat dari cepat crocoite menjadi warna modis untuk kereta bangsawan di Prancis dan Inggris.
Pada 1797, Nicolas-Louis Vauquelin, profesor kimia dan pengujian di School of Mines di Paris, menerima beberapa sampel bijih crocoite.. Analisis berikutnya mengungkapkan unsur logam baru, yang disebutnya kromium setelah khrôma              kata   Yunani,            yang    berarti  warna.
Setelah penelitian lebih lanjut dia terdeteksi jejak unsur kromium dalam permata   memberikan karakteristik warna merah batu delima dan zamrud hijau khas, serpentine, dan mika krom.
Pada 1798, Lowitz dan Klaproth menemukan kromium dalam sampel batu hitam berat ditemukan lebih ke utara dari Pertambangan Beresof dan pada 1799 Tassaert diidentifikasi kromium dalam mineral yang sama dari sejumlah kecil deposit di wilayah  Var Selatan-Timur  Perancis. Mineral ini ia ditentukan sebagai besi spinel krom sekarang dikenal sebagai kromit (FeOCr2O3).


Cadangan bijih kromit ditemukan di Pegunungan Ural sangat meningkatkan suplai kromium untuk industri cat berkembang dan bahkan menghasilkan bahan kimia pabrik krom disiapkan di Manchester, Inggris sekitar 1808. Pada 1827, Tyson Ishak mengidentifikasi simpanan bijih kromit di perbatasan Pennsylvania-Maryland dan Amerika Serikat menjadi pemasok monopoli untuk beberapa tahun. Tapi kelas kromit deposito-tinggi ditemukan dekat Bursa di Turki pada tahun 1848 dan dengan kelelahan dari deposito Maryland sekitar 1860, Turki yang kemudian menjadi sumber utama pasokan.
Hal itu berlangsung selama bertahun-tahun sampai pertambangan bijih kromium dimulai di India dan Afrika Selatan sekitar 1906. Dan meskipun pigmen cat tetap menjadi aplikasi utama selama bertahun-tahun, kromium memiliki kegunaan lain: Kochlin memperkenalkan penggunaan kalium dikromat sebagai mordan dalam industri   pencelupan  pada  tahun   1820.
Penggunaan garam kromium dalam penyamakan kulit diadopsi secara komersial pada tahun 1884. Sementara kromit pertama kali digunakan sebagai bahan tahan api di Perancis pada tahun 1879, penggunaan sebenarnya dimulai di Britania pada tahun 1886.
Paten pertama untuk penggunaan kromium dalam baja telah diberikan tahun 1865, tetapi skala besar menggunakan kromium harus menunggu sampai logam kromium bisa diproduksi oleh rute-termal alumino, dikembangkan pada awal 1900-an dan ketika tungku busur listrik bisa mencium bau kromit ke dalam paduan master, ferrochromium. Sementara finishing logam membawa kecemerlangan untuk ditambahkan ke katalog warna krom, sebuah panggilan yang benar datang dengan penemuan dari baja stainless, untuk krom adalah bahan yang membuat stainless steel.

C.  SUMBER KROMIUM dan EKSTRAKSINYA
Di alam kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas. Selain ditemukan dalam bijih kromit, kromium juga dapat ditemukan dalam PbCrO4, yang merupakan mineral kromium dan banyak ditemukan di Rusia, Brazil, Amerika Serikat, dan Tasmania. Selain itu, kromium juga dapat ditemukan di matahari, meteorit, kerak batu dan air laut.
Kromium juda dapat di hasilkan dari proses isolasi dilabolatorium, karena kromium begitu mudah tersedia secara komersial. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa sumber yang paling berguna dari komersial kromium adalah bijih kromit, FeCr2O4. Oksidasi bijih ini melalui udara dalam cairan alkali memberikan natrium kromat, Na2CrO 4 di mana kromium dalam oksidasi 6 negara. Ini dikonversi menjadi Cr (III) oksida, Cr2O3 dengan ekstraksi ke dalam air, curah hujan, dan reduksi dengan karbon. Oksida kemudian dikurangi lagi dengan aluminium atau silikon untuk membentuk logam kromium. Isolasi jenis lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan krom adalah dengan proses elektroplating. Ini melibatkan pembubaran Cr2O3 dalam asam sulfat untuk memberikan suatu elektrolit yang digunakan untuk elektroplating krom.


 Ekstraksinya
Kromium dihasilkan dalam dua bentuk: ferrokromium dan kromium murni, tergantung untuk apa kromium itu digunakan. Ferokromium merupakan sebuah paduan yang mengandung Fe, Cr, dan C. Cara memperolehnya adalah kromit direduksi oleh C menjadi aliasi (paduan) ferrokromium yang mengandung karbon. Ferrokromium banyak digunakan dalam pembuatan stainless steel.
            Kromium murni berada dalam bentuk persenyawaan kromit. Apabila diperlukan, ada beberapa cara untuk mendapatkannya. Pertama, kromit direaksikan dengan lelehan NaOH dan O2 untuk mengubah CrIII menjadi CrO42-. Selanjutnya lelehan dilarutkan dalam air dan natrium bikromat kemudian diendapkan  lalu direduksi. Reaksi yang terjadi adalah:
Fe2O3 tidak larut akan tetapi natrium kromat larut, oleh karena itu natrium kromat dihilangkan dengan cara dilarutkan dalam air kemudian diasamkan untuk menghasilkan natrium dikromat. Natrium dikromat kurang larut dan dapat diendapkan. Natrium dikromat direduksi terhadap Cr2O3 dengan dipanaskan menggunakan C. Langkah terakhir yakni Cr2O3 direduksi terhadap logam menggunakan Al.
Oleh karena itu logam tersebut rapuh, maka logam (murni) tersebut jarang digunakan. Logam itu digunakan untuk membentuk paduan bukan besi. Dengan demikian, Cr2O3 dilarutkan dalam H2SO4 dan diletakkan secara elektrolitik pada permukaan logam. Keduanya melindungi logam dari korosi dan memberikan tampilan yang mengkilat.
Cara yang kedua tidak jauh berbeda dengan cara yang di atas, yaitu dengan mereduksi Cr2O3 dengan silikon. Tahapan-tahapan ekstraksinya adalah: tahap pertama, bijih kromit dalam lelehan alkali karbonat dioksidasi dengan udara untuk memperoleh natrium kromat, Na2CrO­4. Tahap kedua, peluluhan dan pelarutan Na2CrO­4 dalam air yang dilanjutkan dengan pengendapan sebagai dikromat, Na2CrO7. Tahap ketiga adalah reduksi dikromat yang diperoleh dengan karbon menjadi oksidanya, Cr2O3. Tahap terakhir, adalah reduksi Cr2O3 dengan silikon. Persamaan reaksinya adalah:





            Kromium oksida, seperti halnya kromium(III) oksida, Cr2O3, dapat diperoleh dari dekomposisi termal amonium dikromat menurut persamaan berikut:
Kromium(III) oksida merupakan oksida kromium yang paling stabil mengadopsi struktur corundum, dan digunakan untuk pigmen hijau. Oksida ini menunjukkan sifat semikonduktor dan antiferomagnetik pada temperatur di bawah 35 oC (Sugiyarto dan Suyanti, 2010).
            Kromium(IV) oksida, CrO2, dapat diperoleh dari reduksi CrO3 secara hidrotermal menurut persamaan reaksi berikut:
 Kromium(VI) oksida, CrO3, dapat diperoleh dari penambahan asam sulfat pada larutan pekat alkali dikromat


D. SIFAT FISIK dan KIMIA KROMIUM
1)   Sifat Fisik Kromium
Massa Jenis
7,15 g/cm3 (250C)
Titik Lebur
2180 K, 19070C, 3465 ° F
Titik Didih
2944 K, 26710C, 4840 ° F
Entalpi Peleburan
20,5 kJ mol -1
Panas Penguapan
339 kJ mol -1
Entalpi Atomisasi
397 kJ mol -1
Kapasitas Kalor (250C)
  23,25 J/mol.K
Konduktivitas Termal
94 W m -1 K -1
Koefisien ekspansi termal linier
4,9 x 10 -6 K -1
Kepadatan
7,140 kg m -3
Volum Molar
7,23 cm 3
Sifat Resistivitas listrik
12,7 10 -8 Ω m






Karakteristik
24Cr
Massa atom relatif
51,996
Jari-jari atom (nm)
0,117
Jari-jari ion(pm) M+2, M+3, M+4, M+5, M+6  (Bilangan koordinasi 6)
73, 61.5, 55, 49, 44
Keelektronegatifan
1,6
Energi ionisasi (IE) kJ/mol-1
659
Kelimpahan (ppm)
122
Densitas (g cm-3)
7, 14
Potensial elektroda
M+2(aq)  +  2e             M(s)
M3+(aq)  +  e               M+2(aq) 

-0,56
-0,41
Konfigurasi elektronik
[18Ar] 3d54s1
            Konfigurasi elektronik untuk kromium menyimpang dari diagram Aufbau. Dibandingkan molibdenum dan wolfram, kromium lebih mudah bereaksi dengan asam non oksidator menghasilkan Cr(II), tetapi dengan asam oksidator reaksinya menjadi terhambat dengan terbentuknya lapisan kromium(III) oksida (Sugiyarto dan Suyanti, 2010). Kromium mempunyai variasi tingkat oksidasi yang paling banyak, sehingga logam kromium lebih banyak membentuk persenyawaan. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan logam golongan 6 pada tingkat oksidasi rendah tidak stabil dengan naiknya nomor atom.
            Senyawa-senyawa oksida kromium, seperti Cr2O3 dan Cr(OH)3 bersifat amfoterik. Hal ini disebabkan oleh karena sifat basa oksida dan hidroksida kromium menurun (atau sifat asam naik) dengan naiknya tingkat oksidasi. Sama seperti CrO3 yang mempunyai tingkat oksidasi lebih tinggi bersifat asam. Hal ini dapat dipahami bahwa Cr(VI) mempunyai jari-jari ionik lebih pendek dan rapatan muatan lebih tinggi sehingga spesies ini mempunyai kecenderungan yang lebih besar sebagai akseptor pasangan elektron. Karakteristik beberapa oksida kromium ditunjukkan dala Tabel 2.2.





karakteristik beberapa oksida kromium
Tingkat oksidasi
Oksida (a)
Hidroksida
Sifat
Ion
Nama
Warna
+2
CrO
Cr(OH)2
Basa
Cr2+      (b)
Kromo kromium(II)
Biru muda
+3
Cr2O3 (hijau)
Cr(OH)3(c)
amfoterik
Cr2+ atau [Cr(H2O)6]3+
[Cr(OH)3](d) 
Kromi atau kromium(III)
Violet hijau
+6
Cr2O3 (merah tua)
CrO2(OH)2 Cr2O5(OH)2
Asam
CrO42-
Cr2O72-
Kromat dokromat
Kuning oranye
Kromium trioksida bersifat sangat asam dan bereaksi dengan basa menghasilkan kromat, CrO4-. Penurunan pH, dengan penambahan asam ke dalam larutan kromat pada mulanya mengakibatkan kondensasi unit-unit tetahedron CrO4 menjadi ion dikromat Cr2O72-, dan kondensasi lebih lanjut menghasilkan endapan CrO3
2)   Sifat Kimia Kromium
Nomor Atom
24
Massa Atom
51,9961 g/mol
Golongan, periode, blok
VI B, 4, d
Konfigurasi elektron    
[Ar] 3d5 4s1
Jumlah elektron tiap kulit
2, 8,13, 1
Afinitas electron
64,3 kJ / mol -1
Ikatan energi dalam gas
142,9 ± 5,4 kJ / mol -1.
Panjang Ikatan Cr-Cr 
249 pm
Senyawa beracun dan mudah terbakar



E.  REAKSI-REAKSI YANG TERJADI PADA KROMIUM
1)        Reaksi kromium dengan udara
Logam kromium tidak bereaksi dengan udara atau oksigen pada suhu kamar

2)      Reaksi kromium dengan air
Logam kromium tidak bereaksi dengan air pada suhu kamar.


3)      Reaksi kromium dengan halogen
a)    Fluorida
Kromium bereaksi langsung dengan fluorin, F2, pada suhu 400°C, dan 200-300 atmosfer untuk membentuk kromium (VI) fluorida, CRF6.
Cr (s) + 3F2 (g) → CRF6 (s)     [kuning]
Di bawah kondisi ringan, kromium (V) bereaksi dengan fluorida, membentuk CRF5
2Cr (s) + 5F2 (g) → 2CrF5 (s)      [merah]
2Cr (s) + 3F2 (g) → 2CrF3 (s)     [hijau]
Selain membentuk kromium heksafluorida, CrF6, kromium trifluorida, CrF3 dan kromium pentafluorida, CrF5, reaksi kromium dengan fluorida juga dapat membentuk kromium difluorida, CrF2, dan kromium tetrafluorida, CrF4.

b)   Klorida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur klorin, Cl2 membentuk CrCl3.
2Cr (s) + 3Cl2 (g) → 2CrCl3 (s)     [merah-violet]
Selain membentuk kromium triklorida, CrCl3, reaksi kromium dengan klorida juga dapat membentuk kromium diklorida, CrCl2 dan kromium tetraklorida, CrCl4

c)    Bromida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur bromida, Br2 membentuk CrBr3.
2Cr (s) + 3BR2 (g) → 2CrBr3 (s)     [sangat hijau]
Selain membentuk kromium tribromida, CrBr3, reaksi kromium dengan bromida juga dapat membentuk kromium dibromida, CrCl2 dan kromium tetrabromidaa, CrCl4

d)   Iodida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur iodida, I2 membentuk CrI3
2Cr (s) + 3I2 (g) → 2CrI3 (s)     [hijau gelap]
Selain membentuk kromium triiodida, CrI3, reaksi kromium dengan iodida juga dapat membentuk kromium diiodida, CrI2 dan kromium tetraiodida, CrI4
4)      Reaksi kromium dengan asam
Logam kromium larut dalam asam klorida encer membentuk larutan Cr(II) serta gas hidrogen, H2. Dalam keadaan tertentu, Cr(II) hadir sebagai ion kompleks [Cr(OH2)6]2+. Hasil yang sama terlihat untuk asam sulfat, tetapi kromium murni tahan terhadap serangan. Logam kromium tidak bereaksi dengan asam nitrat, HNO3.
  Contoh reaksi kromium dengan asam klorida:
Cr(s) + 2HCl(aq) → Cr 2+ (aq) + 2Cl - (aq) + H 2 (g)

5)      Oksida
Reaksi kromium dengan oksida dapat membentuk beberapa senyawa, diantanya: Kromium dioksida, CrO2, Kromium trioksida, CrO3, Dikromium trioksida, Cr2O3 dan Trikromium tetraoksida, Cr3O4.


6)      Sulfida
Reaksi kromium dengan sulfida dapat membentuk beberapa senyawa, diantanya : kromium sulfida, CrS dan dikromium trisulfida, Cr2S3

7)      Nitrida
Reaksi kromium dengan nitrida dapat membentuk senyawa kromium nitrida, CrN.

8)      Karbonil
Reaksi kromium dengan karbonil dapat membentuk senyawa kromium heksakrbonil, Cr(CO)6. Kromium juga dapat bereaksi dengan unsur tertentu membentuk senyawa kompleks, misalnya reaksi kromium dengan kompleks nitrat membentuk nitrat hexaaquakromium trihidrat, [Cr(NO3)3.9H2O].

F.  SENYAWA KROMIUM
            Senyawa komponen khrom berwarna. Kebanyakan senyawa khromat yang penting adalah natrium dan kalium, dikromat, dan garam dan ammonium dari campuran aluminum dengan khrom . Dikhromat bersifat sebagai zat oksidator dalam analisis kuantitatif, juga dalam proses pemucatan kulit. Senyawa lainnya banyak digunakan di industri; timbal khromat berwarna kuning khrom, merupakan pigmen yang sangat berharga. Senyawa khrom digunakan dalam industri tekstil sebagai mordan atau penguat warna. Dalam industri penerbangan dan  lainnya,senyawa khrom berguna untuk melapisi aluminum.

Senyawaan Biner
Halida.Anhidrat halida Cr (II) di peroleh melalui aksi HCI, HBr atau I2 kepada logam 600 sampai 700’C,atau melalui reduksi dengan H2 pada 500 sampai 600C. Cr2C12 larut dalam air memberikan larutan biru ion Cr2+.
Triklorida  CrC13 yang ungu kemerahan di buat dengan aksi SOC12 pada klorida terhidratnya.Bentuk bersepih dari CrC13 di sebabkan oleh struktur lapisannya.
Krom (III) klorida membentuk adduct dengan ligan donor.Tetrahidrofuranat,CrC13 dalam THF, adalah materi yang terutama berguna bagi pembuatan dari senyawaan kromium lainnya,seperti senyawaan karbonil atau organo.

Oksida alfa-Cr2O3 yang hijau terbentuk pada pembakaran Cr dalam O2, pada dekomposisi termal CrO3.  Oksida hidrat bersifat amfoter dan mudah klarut dalam asam, menghasilkan [Cr(H2O)6]3+ dan dalam basa pekat membentuk chromite.
Kromium oksida adalah katalis yang penting bagi berebagai reaksi yang luas. Kromium(VI) oksida, CrO3 diperoleh sebagai endapan merah kejinggaan pada penambahan asam sulfat kedalam Na2Cr2O7. Secara termal tidak stabil diatas titik lelehannya dan keehilangan O2 menghasilkan Cr2O3. Strukturnya terdiri atas rantai tidak terhingga Dari tetrahedral CrO4 yang menggunakan sudut-sudutnya. Ia larut dalam air dan sangat beracun.
Interaksi CrO3 dan zat-zat orrganik adalah kuat dan bisa meledak, tetapi CrO3 digunakan dalam kimia organic sebagai pengoksida, biasanya dalam asam asetat sebagai pelarut.

Kromium (III)
Keadaan oksidasi 3 adalah yang paling stabil, dan sejumlah besar krom (III) senyawa yang diketahui. Kromium (III) dapat diperoleh dengan melarutkan unsur kromium dalam asam seperti asam klorida atau asam sulfat. Cr3+ ion memiliki jari-jari yang sama (0.63 Å) untuk Al3+ ion (jari-jari 0,50 Å), sehingga mereka dapat menggantikan satu sama lain dalam beberapa senyawa, seperti dalam tawas krom dantawas. Ketika jumlah jejak Cr3+ menggantikan Al3+ di korundum (aluminium oksida, Al2O3) , berwarna merah ruby terbentuk.
Kromium cenderung membentuk ion kompleks; kromium ion dalam air biasanya octahedrally dikoordinasikan dengan molekul air untuk membentuk hydrates. Yang tersedia secara komersial kromium (III) klorida hidrat adalah kompleks hijau tua [CrCl2 (H2O)4] Cl, tapi dua bentuk lain yang dikenal: hijau pucat [CrCl(H2O)5]Cl2, dan ungu [Cr(H2O)6]Cl3. Jika air hijau bebas krom (III) klorida dilarutkan dalam air maka solusi hijau berubah menjadi ungu setelah beberapa waktu, karena penggantian air untuk klorida di dalam lingkup koordinasi. Reaksi semacam ini juga diamati dalam tawas, dan larut air lainnya

kromium (III) garam
Reaksi sebaliknya dapat dirangsang dengan memanaskan larutan. Kromium (III) hidroksida (Cr(OH)3) adalah amfoter, larut dalam asam solusi untukmembentuk [Cr(H2O)6]3+, dan dalam solusi dasar untuk membentuk [Cr(OH)6]3-. Hal ini mengalami dehidrasi dengan pemanasan untuk membentuk hijaukrom (III) oksida (Cr2O3) , yang merupakan oksida stabil dengan struktur kristal identik dengan yang korundum.
Kromium (IV)
Senyawa Kromium(IV) (dalam bilangan oksidasi 4) sedikit lebih stabil daripada krom (V) senyawa. Tetrahedral, CRF4, CrCl4, dan CrBr4, dapat diproduksi oleh bereaksi trihalida (CRX3) dengan kelebihan jumlah yang sesuai halogen pada temperatur tinggi. Sebagian besar senyawa disproporsionasi rentan terhadap reaksi dan tidak stabil dalam air.



Kromium (V)
Satu-satunya senyawa biner yang sangat volatilekrom (V) fluorida (CRF5) . Padat merah ini memiliki titik lebur 30°C dan titik didih 117°C, dan dapat disintesis oleh fluorin bereaksi dengan kromium pada 400°C dan tekanan 200 bar. Peroxochromate Kalium (K3[Cr(O2)4]) dibuat dengan mereaksikan kalium kromat dengan hidrogen peroksida pada temperatur rendah. senyawa coklat merah ini stabil pada suhu kamar tetapi terurai secara spontan pada 150-170 °C.
Kromium (VI)
Kromium (VI) senyawa oksidan yang kuat, dan, kecuali heksafluorida, mengandung oksigen sebagai ligan, sepertikromat anion (CrO42-) dan chromyl klorida (CrO2Cl2). Kromat industri dihasilkan oleh memanggang oksidatif darikromit bijih dengan kalsium atau natrium karbonat.
Kromium (VI) dalam larutan senyawa dapat dideteksi dengan menambahkan asam peroksida hidrogensolusi. Biru gelap yang tidak stabil kromium (VI) peroksida (CrO5) terbentuk, yang dapat distabilkan sebagai adduksi eter CrO5 atau Asam kromat memiliki struktur hipotetis H2CrO4. Baik chromic asam maupun dichromic dapat diisolasi, tapi mereka anion ditemukan dalam berbagai senyawa, yang chromates dan dichromates. Merah gelap kromium (VI) oksida CrO3, asam anhidrida dari asam khrom, adalah industri dijual sebagai "chromic asam". Hal ini dapat diproduksi dengan mencampurkan asam sulfat dengan dikromat, dan merupakan agen oksidasi yang sangat kuat.
Contoh yang stabil senyawa kromium (II) adalah air-stabil kromium (II) klorida, CrCl2, yang dapat dibuat oleh penurunan kromium (III) klorida dengan seng. Biru cerah yang dihasilkan hanya solusi netral stabil pada pH ketika solusi sangat murni
Kromium sangat terkenal karena kemampuannya untuk membentuk berlipat lima ikatan kovalen. Produk dari suatu reaksi antara kromium (I) dan sebuah hidrokarbon radikal ini ditampilkan melalui difraksi sinar-X untuk memuat berlipat lima ikatan dengan panjang 183,51 (4) am (1,835 Å) bergabung dengan dua atom krom pusat. Sangat besar monodentate ligan menstabilkan senyawa ini dengan melindungi ikatan yang berlipat lima dari reaksi lebih lanjut.

G. Pembentukan Senyawa Kompleks
            Kromium(III) dapat membentuk banyak kompleks khususnya dengan bilangan koordinasi 6. Hal ini disebabkan karena adanya kelembapan kinetik yang relatif dalam larutan aqua (Cotton dan Wilkinson, 2007). Berdasarkan hal tersebut mendorong para kimiawan klasik untuk mensintesis maupun mengisolasi senyawa kompleks dengan melibatkan kromium. Selain itu, persenyawaan kromium dapat bertahan dalam larutan, bahkan secara termodinamik tidak stabil.
           
Kromium(III) dapat membentuk kompleks dengan warna yang menarik. Misalnya: ion kompleks [Cr(H2O)6]3+, pada kompleks ini perubahan warna Cr(III) sangat menarik. Kompleks tersebut berwarna ungu, akan tetapi bila dipanaskan menjadi hijau karena mengakibatkan terbentuknya kompleks seperti [Cr(H2O)4Cl2]+ dan [Cr(H2O)5SO4]+. Pada suhu kamar, kompleks yang berwrna hijau terurai, dan kembali menjadi warna ungu (Hiskia, 2001).
H.  SIFAT KERADIOAKTIFAN
1)      Kelimpahan Unsur Kromium
Tabel berikut merupakan kelimpahan dari unsur kromiumdalam berbagai lingkungan. Nilai-nilai yang diberikan dinyatakan dalam satuan ppb (bagian per miliar; 1 miliar = 10 9), baik dalam hal berat maupun dalam hal jumlah atom. Nilai kelimpahan sulit untuk ditentukan dengan pasti, sehingga semua nilai harus diperlakukan dengan hati-hati, khususnya bagi unsur-unsur yang kurang umum.
Tempat
Ppb berat
Ppb oleh atom
Alam semesta
15000
400
Matahari
20000
400
Meteorit (karbon)
3100000
1200000
Kerak batu
140000
55000
Air laut
0.6
0.071
Arus
1
0.02
manusia
30
4

2)      Isotop kromium
Beberapa dari isotop kromium digunakan untuk aplikasi medis. Misalnya, Cr-50 yang digunakan untuk produksi radioisotop Cr-51 yang digunakan untuk mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah. Cr-53 dan Cr-54 digunakan untuk kajian metabolisme dan diagnosa diabetes
Isotop
Massa Atom
Waktu paruh
Kelimpahan di alam (%)
Momen magnetik nuklir
48Cr
47,95404
21,6 hari
-
-
49Cr
48,951341
42,3 menit
-
0,476
50Cr
49,9460464
-
4.345
-
51Cr
50,944772
27,70 detik
-
-0,934
52Cr
51,09405098
-
83,789
-
53Cr
52,9406513
-
9,501
-0,47454
54Cr
53,9388825
-
2,365
-
55Cr
54,940844
3,497 menit
-
-
56Cr
55,94065
5,9 menit
-
-
I.  KEGUNAAN KROMIUM
a.    Digunakan untuk mengeraskan baja, untuk pembuatan stainless steel, dan untuk membentuk paduan
b.    Digunakan dalam plating untuk menghasilkan permukaan yang indah dan keras, serta untuk mencegah korosi.
c.    Digunakan untuk memberi warna hijau pada kaca zamrud.
d.   Digunakan sebagai katalis. seperti K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi dan digunakan dalam analisis kuantitatif dan juga dalam penyamakan kulit
e.    Merupakan suatu pigmen, khususnya krom kuning
f.     Digunakan dalam industri tekstil sebagai mordants
g.    Industri yang tahan panas menggunakan kromit untuk membentuk batu bata dan bentuk, karena memiliki titik lebur yang tinggi, sedang ekspansi termal, dan stabil struktur kristal
h.    Dibidang biologi kromium memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa
i.      digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan untuk mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah.
j.      digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak, khususnya senyawa PrCrO4
k.    digunakan dalam pembuatan batu permata yang berwarna. Warna yan kerap digunakan adalah warna merah, yang diperoleh dari kristal aluminium oksida yang kedalamnya dimasukkan kromium.
l.      Bahan baku dalam pembuatan kembang api. Hal ini diperoleh dari Hasil pembakaran amonium dikromat, (NH4)2Cr2O7, yang berisi pellet dari raksa tiosianat (HgCNS).

J.  PELAPISAN KROM
Pelapisan krom adalah suatu perlakuan akhir menggunakan elektroplating oleh kromium. Pelapisan dengan krom dapat dilakukan pada berbagai jenis logam seperti besi, baja, atau tembaga. Pelapisan krom juga dapat dilakukan pada plastik atau jenis benda lain yang bukan logam, dengan persyaratan bahwa benda tersebut harus dicat dengan cat yang mengandung logam sehingga dapat mengalirkan listrik.
Pelapisan krom menggunakan bahan dasar asam kromat, dan asam sulfat sebagai bahan pemicu arus, dengan perbandingan campuran yang tertentu. Perbandingan yang umum bisa 100:1 sampai 400:1. Jika perbandingannya menyimpang dari ketentuan biasanya akan menghasilkan lapisan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Faktor lain yang sangat berpengaruh pada proses pelapisan krom ini adalah temperatur cairan dan besar arus listrik yang mengalir sewaktu melakukan pelapisan. Temperatur pelapisan bervariasi antara 35 °C sampai 60 °C dengan besar perbandingan besar arus 18 A/dm2 sampai 27 A/dm2.
Elektroda yang digunakan pada pelapisan krom ini adalah timbal (Pb) sebagai anoda (kutub positif) dan benda yang akan dilapis sebagai katoda (kutub negatif). Jarak antara elektroda tersebut antara 9 cm sampai 29 cm. Sumber listrik yang digunakan adalah arus searah antara 10 - 25 Volt, atau bisa juga menggunakan aki mobil.
K.  EFEK KESEHATAN KROM
Logam krom (Cr) adalah salah satu jenis polutan logam berat yang bersifat toksik, dalam tubuh logam krom biasanya berada dalam keadaan sebagai ion Cr3+. Krom dapat menyebabkan kanker paru-paru, kerusakan hati (liver) dan ginjal. Jika kontak dengan kulit menyebabkan iritasi dan jika tertelan dapat menyebabkan sakit perut dan muntah. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi kadar pencemar pada perairan biasanya dilakukan melalui kombinasi proses biologi, fisika dan kimia. Pada proses fisika, dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam bak penampung yang telah diisi campuran pasir, kerikil serta ijuk. Hal ini lebih ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran kasar dan penyisihan lumpur. Pada proses kimia, dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan kimia untuk mengendapkan zat pencemar misalnya persenyawaan karbonat.
Kromium (III) adalah esensial bagi manusia dan kekurangan dapat menyebabkan kondisi jantung, gangguan dari metabolisme dan diabetes. Tapi terlalu banyak penyerapan kromium (III) dapat menyebabkan efek kesehatan juga, misalnya ruam kulit.
Kromium (VI) adalah bahaya bagi kesehatan manusia, terutama bagi orang-orang yang bekerja di industri baja dan tekstil. Orang yang merokok tembakau juga memiliki kesempatan yang lebih tinggi terpapar kromium
Kromium (VI) diketahui menyebabkan berbagai efek kesehatan. sebuah senyawa dalam produk kulit, dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam kulit. Pada saat bernapas ada krom (VI) dapat menyebabkan iritasi dan hidung mimisan. Masalah kesehatan lainnya yang disebabkan oleh kromium (VI) adalah:
- kulit ruam
- sakit perut dan bisul
- Masalah pernapasan
- Sistem kekebalan yang lemah
- Ginjal dan kerusakan hati
- Perubahan materi genetik
- Kanker paru-paru
- Kematian
Bahaya kesehatan yang berkaitan dengan kromium bergantung pada keadaan oksidasi. Bentuk logam (krom sebagaimana yang ada dalam produk ini) adalah toksisitas rendah. Bentuk yang hexavalent beracun. Efek samping dari bentuk hexavalent pada kulit mungkin termasuk dermatitis, dan reaksi alergi kulit. Gejala pernafasan termasuk batuk, sesak napas, dan hidung gatal.






L. DAMPAK LINGKUNGAN
Ada beberapa jenis kromium yang berbeda dalam efek pada organisme. Kromium memasuki udara, air dan tanah di krom (III) dan kromium (VI) bentuk melalui proses-proses alam dan aktivitas manusia. kegiatan utama manusia yang meningkatkan konsentrasi kromium (III) yang meracuni kulit dan manufaktur tekstil. Kegiatan utama manusia yang meningkatkan kromium (VI) konsentrasi kimia, kulit dan manufaktur tekstil, elektro lukisan dan kromium (VI) aplikasi dalam industri. Aplikasi ini terutama akan meningkatkan konsentrasi kromium dalam air. Melalui kromium pembakaran batubara juga akan berakhir di udara dan melalui pembuangan limbah kromium akan berakhir di tanah.
Sebagian besar kromium di udara pada akhirnya akan menetap dan berakhir di perairan atau tanah. Kromium dalam tanah sangat melekat pada partikel tanah dan sebagai hasilnya tidak akan bergerak menuju tanah. Kromium dalam air akan menyerap pada endapan dan menjadi tak bergerak.Hanya sebagian kecil dari kromium yang berakhir di air pada akhirnya akan larut. Kromium (III) merupakan unsur penting untuk organisme yang dapat mengganggu metabolisme gula dan menyebabkan kondisi hati, ketika dosis harian terlalu rendah.
Kromium (VI) adalah terutama racun bagi organisme.Dapat mengubah bahan genetik dan menyebabkan kanker.
Tanaman mengandung sistem yang mengatur kromium-uptake harus cukup rendah tidak menimbulkan bahaya. Tetapi ketika jumlah kromium dalam tanah meningkat, hal ini masih dapat mengarah pada konsentrasi yang lebih tinggi dalam tanaman. Peningkatan keasaman tanah juga dapat mempengaruhi pengambilan kromium oleh tanaman. Tanaman biasanya hanya menyerap kromium (III). Ini mungkin merupakan jenis penting kromium, tetapi ketika konsentrasi melebihi nilai tertentu, efek negatif masih dapat terjadi.
Kromium tidak diketahui terakumulasi dalam tubuh ikan, tetapi konsentrasi tinggi kromium, karena pembuangan produk-produk logam di permukaan air, dapat merusak insang ikan yang berenang di dekat titik pembuangan. Pada hewan, kromium dapat menyebabkan masalah pernapasan, kemampuan yang lebih rendah untuk melawan penyakit, cacat lahir, infertilitas dan pembentukan tumor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar