2.2 "Monumen Nasional"
Pada
tanggal 17 Agustus 1961 dimulai pembangunan Monumen Nasional. Monumen ini tidak
hanya sekedar tugu yang menampilkan keindahan fisik, namun menjadi sumber
inspirasi bagi generasi mendatang untuk mengenang perjuangan merebut kemerdekaan
serta sumber semanggat untuk tetap mempertahankan kemerdekaan. Dan sebagai
ungkapan rasa terima kasih bangsa kepada perjuangan dan pengorbanan patriot
bangsa yang telah tiada,
Namun, monument nasional (Monas) kurang menarik bagi
generasi muda sekarang padahal Monas merupakan symbol yang merefleksikan
tentang sejarah perjuangan bangsa yang harus terus dikenang. Monas merupakan
identitas bangsa Indonesia dan masyarakat seharusnya lebih mengenal monas. Atas
dasar permasalahan itulah, penulis akan menjabarkan tentang sejarah monas dan
solusi agar monas lebih dikenal oleh masyarakat sebagai objek wisata sejarah.
A.
Sejarah Pembanguan
Monumen Nasional
Sejarah Setelah pusat pemerintahan republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan republik Indonesia oleh pemerintah belanda pada tahun 1949. Presiden soekarno mulai memikirkan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan menara Eiffel di lapangan tepat di depan istana merdeka. pembangunan tugu monas bertujuan untuk mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945. Agar terus membangkitkan inspirasi bangsa Indonesia patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
Pada tanggakl 17 agustus 1945 sebuah komite nasional di bentuk dan sayembara perancangan monumen nasional di gelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk. akan tetapi hanya satu yang di buat oleh frederich silaban yang memenuhi kriteria yang di tentukan komite antara lain: menggambarkan karakter bangsa indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara ke dua di gelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. akan tetapi soekarno kurang menyukai rancangann itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni.
silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang di lakukan silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mapu di tanggung oleh anggaran Negara. Terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk silaban menolak merancang bagunan yang lebih kecil dan menyarankan pembangunan di tunda hingga ekonomi Indonesia membaik.
Soekarno kemudian meminta arsitek R.M. soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. soedarsono memasukkan angka 17,8 dan 45 melambangkan 17 agustus 1945. Memulai proklamasi kemerdekaan indonesia ke dalam rancangan monumen itu, tugu Ini kemudian di bangun di areal seluas 80 Ha, tugu ini di arsiteki oleh frederich silaban dan R.M soedarsono, mulai di bangun 17 agustus 1961.
Pembangunan terdiri atas tiga tahap yaitu:
1. Tahap pertama
kurun 1661/1962 -1964/1965 di mulai
dengan di mulainya secara resmi
pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 soekarno secara seremonial menancapkan pasak beton
pertama, total 284 pasak beton di gunakan pada fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi di tanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Pemasangan fondasi rampung pada bulan maret 1962 dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan oktober. Pembangunan obelisk kemudian di mulai dan di akhirinya rampung pada bulan agustus 1963.
pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 soekarno secara seremonial menancapkan pasak beton
pertama, total 284 pasak beton di gunakan pada fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi di tanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Pemasangan fondasi rampung pada bulan maret 1962 dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan oktober. Pembangunan obelisk kemudian di mulai dan di akhirinya rampung pada bulan agustus 1963.
2. Tahap kedua:
Berlangsung
pada kurun 1966 hingga 1968 akibat terjadinya gerakan 30 september 1969.(G-30-S-PKI)
dan upaya kudeta, tahap ini sempat di tunda.
3.
Tahap akhir
Berlangsung
pada tahun 1969-1976 dengan menambah diorama pada museum sejarah .
Meskipun pembangunan telah rampung masalah masih terjadi, antara lain: kebocoran air yang menggenangi museum, monument secara resmi di buka untuk umum dan di resmikan pada tanggal 12 juli 1975 oleh presiden republic Indonesia soeharto. Lokasi pembangunan monument ini di kenal dengan nama medan merdeka.
Lapangan monas mengalami lima kali pergantian nama yaitu:
· Lapangan gambir.
· Lapangan ikada.
· Lapangan merdeka.
· Lapangan monas.
· Taman monas.
Meskipun pembangunan telah rampung masalah masih terjadi, antara lain: kebocoran air yang menggenangi museum, monument secara resmi di buka untuk umum dan di resmikan pada tanggal 12 juli 1975 oleh presiden republic Indonesia soeharto. Lokasi pembangunan monument ini di kenal dengan nama medan merdeka.
Lapangan monas mengalami lima kali pergantian nama yaitu:
· Lapangan gambir.
· Lapangan ikada.
· Lapangan merdeka.
· Lapangan monas.
· Taman monas.
Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan
beberapa lapangan terbuka tempat berolah raga.
Pada hari-hari libur medan terbuka di penuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan tugu monas dan melakukan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.
Rancang bangun tugu monas berdasarkan pda konsep pasangan universal yamg abadi lingga dan yoni tugu obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki elemen maskulin bersifat aktif dan pasif, serta melambangkan perempuan. Elemen feminism yang positif dan negatif serta melambangkan malam hari, lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi masa prasejarah Indonesia.
Selain itu bentuk tugu monas juga dapat di tafsirkan sebagai sepasang “Alun” dan “lesung” alat penumbuk padi yang di pakai dalam setiap rumah tangga petani tradisional. Dengan demikian rancang bangun monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia.
Monumen terdiri atas 117.7 meter obeliks di atas landasan persegi tinggi the 17 meter, pelataran cawan
monumen ini di lapisi dengan marmer italy. kolam di taman medan merdeka utara berukuran 25x25 meter di rancang sebagai bagian dari system pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan taman monas.
Pada hari-hari libur medan terbuka di penuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan tugu monas dan melakukan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.
Rancang bangun tugu monas berdasarkan pda konsep pasangan universal yamg abadi lingga dan yoni tugu obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki elemen maskulin bersifat aktif dan pasif, serta melambangkan perempuan. Elemen feminism yang positif dan negatif serta melambangkan malam hari, lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi masa prasejarah Indonesia.
Selain itu bentuk tugu monas juga dapat di tafsirkan sebagai sepasang “Alun” dan “lesung” alat penumbuk padi yang di pakai dalam setiap rumah tangga petani tradisional. Dengan demikian rancang bangun monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia.
Monumen terdiri atas 117.7 meter obeliks di atas landasan persegi tinggi the 17 meter, pelataran cawan
monumen ini di lapisi dengan marmer italy. kolam di taman medan merdeka utara berukuran 25x25 meter di rancang sebagai bagian dari system pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan taman monas.
Di dekatnya terdapat
kolam air mancur dan patung pangeran diponegoro yang sedang menunggan kudanya,
terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu di buat oleh pemahat italia,
prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh konsulat jendral honores.
Dr. Mario bross di india, pintu masuk monas,terdapat di taman medan merdeka utara dekat patung pangeran diponegoro. pintu masuk melalui trowongan yang berada 3 meter di bawah taman dan jalan silang monas, inilah ketika pengunjung menuju tugu monas. Loket tiket berada di ujung trowongan.
Dr. Mario bross di india, pintu masuk monas,terdapat di taman medan merdeka utara dekat patung pangeran diponegoro. pintu masuk melalui trowongan yang berada 3 meter di bawah taman dan jalan silang monas, inilah ketika pengunjung menuju tugu monas. Loket tiket berada di ujung trowongan.
Guna
mengenang dan menandai kebesaran perjuangan Kemerdekaan bangsa Indonesia yang
dikenal dengan Revolusi 17 Agustus 1945 serta untuk membangkitkan semanggat
patriotisme generasi muda sekarang dan yang akan datang, maka dibangunlah suatu
tanda peringatan yang bentuk tugu yang Kemudian diberi nama Monumen Nasional.
Tugu
atau Monumen Nasional memiliki cirri tersendiri. Arsitektur dan dimensinya melambangkan kias kekhususan Indonesia. Bemtuk yang paling
menonjol adalah menjulang tinggi dan palataran cawan yang laus mendatar. Di
puncak Tugu api menyala tiada kunjung padam, melambangkan tekad dan semangat
bangsa Indonesia yang tak pernah surut berjuang sapanjang mas. Angka-angka
keramat bangsa Indonesia. 17-8-45 diabadikanpada Monumen ini.
Bentuk
dan tata letak Monumen Nasional ini sangat menarik. Dengan berdiri di plaza
bagian utama Taman Monumen Nasional, orang dapat menikmati pemandangan indah sejuk
yang mempesona, berupa taman dan kolam air mancur. Disini orang dapat memasuki terowongan
sepanjang 95 meter, tiga meter di bawah jalan silang Monas yang berpagar “Bambu
Runcing”, mengingatkan pada model senjata bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan
kemerdekaan.
Lokasi
pembangunan Tugu Nasional disepakati didirikan di Lapangan Merdeka. Mengingat
Lapangan Merdeka terletak di jantung Ibukota Jakarta, seluas cukup ideal dan
dikelilingi oleh gedung-gedung Pemerintah. Selain itu lapangan Merdeka
mempunyai nilai sejarah, dimana Bangsa Indonesia mengalami cobaab (testcase) pada tanggal 19 september 1945
pada waktu mengadakan rapat raksasa di lapangan IKADA (Sekarang Lapangan
Merdeka) untuk menyatakan kebulatan tejad menggalang persatuan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia terhadap penjajah di bawah tekanan penjagaan Jepang yang
oada waktu itu dengan sangkur terhunus.
Demikian
pula halnya Jakarta dipilih sebagai tempat yang paling layak untuk didirikan
Tugu Nasional, karena Jakarta bukan saja sebagai Ibukota Pusat Pemerintahan
Republik Indonesia, tetapi sebagai kota Proklamasi. Di Jakrtalah Bung Karno dan
Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdakaan Indonesia.
Di kota ini pula pada tanggal 19 september 1945
ratusan ribu rakyat Indonesia tanpa takut dan gentar menghadapi todongan
sangkur dan kepungan mobil berlapis baja tentara Jepang menyatakan kebulatan
tekad kepada dunia untuk merdeka dan hanya mengakui Pemerintah Republik
Indonesia di lapangan Merdeka.
Gagasan
awal pembangunan Monumen Nasional muncul setelah sembilan tahun Kemerdekaan
Republik Indonesia diproklamirkan. Atas dasar keinsyafan beberapa orang, selang
beberapa hari setelah perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekan Indonesia tanggal 17
Agustus 1945, dibentuklah “ panitia Tugu Nasional” yang bertugas mengusahakan
berdirinya Tugu Monas tersebut. Panitia ini dipimpin oleh Sarwoko Martokusumo,
S. Suhud selaku Penulis, Sunali Prawirosudirjo selaku Bendahara dan dibantu
oleh 4 orang anggota masing-masing Supeno, K.S wijoto, E.F. Wenas dan Sudiro.
Tugas
panitia adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan penbagunan
Monumen Nasional yang akan didirikan di tengah-tengah Lapangan Medan Merdeka
Jakarta. Termasuk mengumplkan biaya pembangunan yang harus dikumpulkan dari
masyarakat sendiri.
Adapun maksud dan tujuan pembangunan Monumen Nasional
adalah:
- Memperingati dan mengabadikan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang mewujudkan Revolusi Nasional;
- Mencerminkan jiwa dan perjuangan dalam menegakan semangat dan mempertinggi keagungan Revolusi Kemerdekaan Bangsa Indonesia (Ditampilkan dalam bentuk Tuguyang menjulang ke angkasa dengan puncak api yang tak kunjung padam);
- Memberikan inspirasi dalam mendidik generasi sekarang dan akan datang mengenai arti kebesaran perjuangan, kepribadian, kebudayaan dan martabat Bangsa Indonesia;
- Memperkenalkan Tugu Nasional kepada dunia Internasional, secara keseluruhan sebagai salah unsur objek wiasata.
B.
Pelaksanaan Penbangunan
Tugu Monumen Nasional
1.
Bagian-Bagian Monumen
Nasional
- Pintu Gerbang Utama.
Dengan berjalan di atas plaza di Taman Medan Merdeka
Utara, para pengunjung akan menikmati
pemandangan taman dan air mancur yang ada disana. Kemudian setelah melewati
patung pangeran Diponegoro, turun masuk kedalam terowongan yang melintas di
jalan silang Monas dan keluar tepat di halaman Tugu Monumen Nasional yang
sekelilingnya berpagar besi berbentuk “Bambu Runcing”
- Ruang Museum Sejarah
Ruangan ini terletak 3 meter di bawah halaman Tugu
Monumen Nasional, sedangkan atap Museum terletak 5 meter di atas halaman Tugu.
Luas ruangan ini 80 x 80 m dan tinggi langit-langit 8 m. seluruh dinding,
tiang-tiang dan lantai berlapis marmer. Pada keempat sisi dinding masing-masing
terdapat 12 buah jendela kaca (diorama). Dari masing-masing jendela kaca itu
dipertunjukan adegan-adegan peristiwa Sejarah Bangsa Indonesia diawali dengan
gambaran kehidupan masyarakat Indonesia purba sampai Orde Baru.
Konsepsi sejarah yang menelusuri adegan itu bahwa
Perjuangan Nasional Indonesia sejak masa
awal hingga sekarang adalah kemerdekaan, persatuan, kesejahteraan dan keadilan
social. Adegan-adegan yang ada disini menggambarkan tujuan itu.
- Ruang Kemerdekaaan
Ruang Kemerdekaan berada di dalam Cawan Tugu Monumen
Nasional. Ruang kemerdekaan ini berbentuk amphitheater tertutup dimana para
pengunjung sambil duduk dengan tenang dan jhidmat dapat merenungkan dan
meresapkan hiknah Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Pada keempat dinding yang
berada di tengah ruangan ini terpasang empat buah atribut Kemerdekaan Bangsa
Indonesia, yaitu:
a. Pada dinding sebelah Timur : Teks Proklamasi
Republik Indonesia.
b. Pada dinding sebelah Utara : peta wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang terbuat dari perunggu dan dilapis emas murni.
c. Pada dindind sebelah Barat : terdapat lemari
berbentuk pintu gapura yang terbuat dari perunggu ukir dan dilapisi emas murni.
Didalamnya terdapat peti kaca untuk menyimpan naskah Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia.
d. Pada dinding sebelah Selatan : lambing Negara
Kesatuan Republik Indonesia berbentuk “ Bhineka Tunggal Ika “ yang mengandung
ideologi Negara Pancasila.
- Pelataran Cawan.
Peralatan cawan berbentuk segi empat yang melingkari
badan Tugu Monumen Nasional. Pelataran cawan ini berukuran 45 m x 45 m dan
berada di ketinggian 17 m. Dari pelataran cawan ini pengunjung dapat melihat
keindahan Taman Merdeka.
- Pelataran Puncak Tugu Monumen Nasional.
Pelataran puncak Tugu Monumen Nasional terletak pada
ketinggian 115 m yang berukuran 11m x 11 m. dari pelataran ini pengunjung dapat
menikmati panorama Ibukota Jakarta.
Dengan menggunakan elevator berkapasitas 11 orang .
pelataran puncak ini dapat dicapai dalam waktu beberapa detik saja.
Dalam keadaan darurat dapat dipergunakan anak tangga
dari besi yang melingkari diseliling
lift.
- Lidah Api Kemerdekaan
Lidah Api kemerdekaan terletak di atas atap pelataran
puncak Tugu terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton berbentuk kerucut dengan
tinggi 14 m yang dilapisi dengan 50 kg emas murni. Mesin lift ditempatkan
didalam rongga lidah api.
Ketinggian Tugu dari halaman Tugu sampai titik puncak
lidah api 132 m, sedangakan tinggi dari peralatan puncak sampai titik puncak
lidah api adalah 17m.
Untuk menjaga keamanan Tugu dari petir , pada titik
puncak lidah api dipasang tiang penangkal petir.
Wujud Tugu yang menjulang ke angkasa dengan Puncak Api
yang Tak Kunjung Padam mencerminkan jiwa perjuangan dalam menegakan semangat
dan mempertinggi keagungan revolusi kemerdekaan bangsa Indonesia.
- Kolam Pendingin
Kolam pendingin berukuran 45 m x 45 m merupakan bagian
dari system pendinginan udara didalam bangunan Tugu.
Air mancur yang terdapat dalam kolam itu mempunyai dua
fungsi, pertama untuk mendinginkan air
yang telah dipakai untuk AC dan kedua sebagai fungsi penghias Taman Medan
Merdeka
- Ruang Mesin
Guna memenuhi listrik untuk penerangan dan pendingin
udara (AC) dibuat gardu induk dalam
bangunan tersendiri dibawah tanah (bunker) disisi utara Taman Medan Merdeka.
- Patung Diponegoro
Keberadaan patung diponegoro dibagian Utara Taman
Medan Merdeka menambah keagungan dan keanggunan terdendiri terhadap bagunan
Tugu Monumen Nasional. Patung yang dibuat pemahat Italia Prof. Cobertaldo ini
adalah sumbangan Konsul Jendral Kehormatan Indonesia, Dr. Mario Pitto sebagai
penghargaan dan tanda terima kasih serta
kekagumannya terhadap bangsa Indonesia.
2.
Makna Simbol-Simbol
Monumen Nasional
- Monumen Soekarno Hatta
Monument Soekarno-Hatta terdiri dari 4 (empat) bagian,
yakni :
- Patung Bung Karno:
- Patung Bung Hatta:
- Naskah Proklamasi
- Eleman latar belakang
- Patung Bung Karno Dan Bung Hatta
Patung Bung Karno Dan Bung Hatta dibuat dengan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
- Bung Karno dan Bung Hatta adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia
- Keagungan dan Kebesaran Proklamasi yang mempunyai makna penting bagi Kemerdekaan Bangsa.
Penciptaan Patung Bung Karno Dan Bung Hatta
mencerminkan kedua pertimbangan tersebut diatas. Suasana yang ingin dicapai
adalah keagungan Proklamasi,kebesaran cita-cita untuk Merdeka dan penghargaan
bangsa terhadap perjuangannya.
Patung Bung Karno Dan Bung Hatta dengan ketinggian
masing-masing 4,60 m dan 4,30 m dibuat dari perunggu dengan berat masing-masing
1,2 ton.
- Naskah Proklamasi
Naskah Proklamasi di ukir pada perunggu seberat 600 kg
dengan pembesaran 200 kali dari aslinya dan berukuran 290 cm x 196 cm. Naskah
Proklamasi ini dibuat ntiga dimensi dengan tekukan-tekukan yang mengesankan
karakter dari lipatan-lipatan kertas pada naskah asli.
- Elemen Latar Belakang
Dasar bentuk elemen Latar Belakang adalah Segi Tiga
merupakaan bentuk paling sederhana tetapi kokoh karena ketiga sisinya saling
bertumpu, mempunyai dasar, sisi tegak dan puncak. Dalam kehidupan tradisional
Indonesia berbentuk segi tiga ini sangat popular, seperti bentuk tumpal,
pegunungan yang merupakan perwujudan dari gunung, pohon, atau api.
Selain itu, bilangan tiga dinyatakan jiga pada tiang
jalan tapak yang menghubungkan Plaza dengan Gedung Perintis Kemerdekaan dan
kedua jalan besar. Dalam hubungan ini, bilangan tiga bias melambangan hubungan
antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan
penciptaNya.
Bilangan tiga mencerminkan sikap dasar manusia
Indonesia seperti tercantum dalam Tri Dharma:
- Rumangsa Melu Handarbeni ( Merasa ikut memiliki)
- Melu Hangrukebi (ikut menbela)
- Mulat Sariro hHngroso Wani ( berani melihat diri sendiri/instropeksi)
Untuk kseluruhan Elemen Latar Belakang merupakan
susunan dari sirip-sirip segitiga yang berbentuk satu massa segitiga dan
mengembang kipas. Bentuk ini jika dilihat dari samping berdiri condong kedepan
menyerupai jajaran bersifat ritmis serta melengkung kedalam.
Kesan yang diungkapkan dari bentuk ini adalah suatu
kekuatan yang agung dan dinamis, suatu kesatuan yang kental serta kemampuan
untuk melindungi dan menjaga ruang lingkup yang ada disekitarnya. Kesan ini
melambangkan kekuatan perjuangan bangsa Indonesia yang manpu melahirkan
Pancasila dan Proklamasi Kemerdekaan, serta secara gigih dan dengan semanggat
tinggi mampu menbela dan melindungi.
Dalam susunan ini, kelahiran Proklamasi Kemerdekaan
digambarkan melalui lima sirip bagian tengah, seakan-akan tangan perjuangan
yang merentang kedepan untuk mengantar dan mempersenbahkan Kemerdekaan Bangsa.
Perjuangan juga tidak akan menbuahkan hasil yang baik
jika tidak dilaksanakan secara berkesinambungan dan gigih. Maka air terjun pada
Monumen dimaksudkan untuk melambangkan kegigihan dan kesinambungan perjuangan.
Elemen Latar Belakang dibuat dari batu Onyx seluas 415
meter persegi, di tambang dari Bojonegoro, Jawa timur yang di kerjakan oleh PT.
Marmer Indonesia, Tulung Agung.
Jumlah dan ukuran unsur-unsur bentuk Elemen Latar
Belakang tersebut dibuat sedemikian rupa untuk melambangkan hari Proklamasi
tanggal 17 Agustus 1945
- Sirip-sirip berjumlah 17 (tujuh belas).
- Tinggi sirip tengah 8 (delapan) meter.
- Jumlah gelombang pada tebing air terjun 45 buah.
Balok-balok yang merentang dari sirip-sirip tengah
berjumlah 5 buah yang melambangkan Pancasila.
Monumen Nasional sebagai museum yang menyimpan begitu
banyak peinggalan bersejarah yang berkaitan dengan perjuangan para pahlawan
dalam merebut kemerdekaan, seharusnya menjadi tempat yang harus dikunjungi
untuk mengenang jasa para pahlawan. Namun kenyataannya karena globalisasi yang
berkembang pesat, kehidupan masyarakat menjadi berubah kearah gaya hidup
hedonism yang hanya mementingkan kesenangan hidup tanpa memperdulikan sejarah yang
merupakan bagian penting dari masa sekarang. Jadi hedonism menyebabkan
berkurangnya minat masyarakat terhadap objek wisata bersejarah. Sebagai contoh
banyak pemuda-pemudi yang datang mengunjungi ‘Monas’ namun mereka hanya
bertamasya dan tidak tertarik untuk mengetahui nilai sejarah yang ada dibalik
penbangunan Monumen Nasional.
Banyak event yang diselengarakan dikawasan ‘Monas’
namun hal tersebut tidak ada kaitannya dengan nilai sejarah yang ada di ‘Monas’
jadi monas hanya sebagai kawasan wisata
yang dikomersilkan dan melupakan
tujuan awal dari pembangunan ‘Monas’ sebagai sarana untuk menanamkan
rasa nasionalisme.
Banyak sekali referensi sejarah dari banyak tokoh
proklamator. Selain itu ada juga miniatur-miniatur 3 dimensi yang menunjukan
bagaimana usaha para pahlawan memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia,
sehingga disini kita bisa membayangkan bagaimana kejadian tersebut terjadi.
Dalam mengembangkan ‘Monas’ pemerintah harus ikut
berpartisipasi. Event-event yang diselenggarakan di ‘Monas’ harus lebih
berkaitan dengan sejarah-sejarah didirikannya ‘Monas’ dan agar tak membosankan
seharusnya pemerintah mampu mengemas acara sejarah itu dengan sangat menarik.
Mengadakan penyuluhan-penyuluhan ke berbagai sekolah agar sejak dini di
tanamkan pola pikir untuk mengenang dan mengetahui lebih banyak tentang sejarah
para pahlawan terdahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar